Pada tubuh yang tidak terlatih, terjadinya perubahan mendadak bisa membahayakan. Lain halnya dengan mereka yang sudah terbiasa mengolah tubuh.
Tahu kapan harus berhenti
Baca juga: Bukan Air Putih, Inilah 4 Minuman yang Bisa Pulihkan Kembali Otot yang Lelah Setelah Olahraga
Dr. Dwi Pantja Wibowo, dokter yang membidani klinik olahraga di RS Premier Bintaro, mengatakan bahwa untuk menghindari potensi kematian mendadak setelah berolahraga, seseorang harus tahu kapasitas dan bisa mengukur kemampuannya.
Ada batasan yang harus diperhatikan ketika kita berolahraga. Penting juga untuk mengerti kondisi kesehatan kita yang sebenarnya.
“Jadi, ketika berolahraga, kita harus tahu kapan kita harus berhenti, dan tidak memfor-sir kemampuan hanya karena ingin menang, misalnya,” ujarnya.
Ada pula hubungan potensi kematian mendadak ketika berolahraga, dengan cabang olahraga yang kita pilih. Biasanya cabang olahraga prestasi yang membutuhkan tenaga cukup besar, seperti sepak bola dan tennis, bisa menimbulkan potensi ini. Untuk kita yang gemar berolahraga, lebih baik memilih cabang olahraga terukur seperti berenang, joging atau bersepeda.
Baca juga: Manfaat Olahraga Untuk Anak Juara, Belajar dari Lalu Muhammad Zohri
“Tapi, pada dasarnya semua ca-bang olahraga punya potensi ini. Itu semua kembali kepada individunya, agar tidak terlalu memforsir diri. Kalau capek ya, berhenti,” tambah Dwi. Artinya olahraga sangat dianjurkan, tapi kalau sudah menimbulkan kematian, ya lebih baik yang slow sajalah.
Meminimalkan risiko cedera
Demi mendapatkan hasil yang lebih efektif untuk kesehatan jantung, sebagian orang lebih memilih olahraga terukur, seperti yoga, capoeira, dan muay thai, dibandingkan yang menguras tenaga.
Yoga, yang dikenal dengan aktivitas asana (postur), sekaligus sebagai pengobatan alternatif melalui latihan pernapasan, olah tubuh dan meditasi. Cara ini bahkan telah dipraktikkan selama lebih dari 5.000 tahun.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR