Bukan mau jadi atlet
Kisah-kisah tadi merupakan sebagian contoh kasus-kasus kematian mendadak setelah seseorang melakukan olahraga. Orang yang sudah terbiasa berolahraga sejak usia dini pun, ternyata bisa mengalami hal fatal serupa itu. Bisa dibayangkan dengan kita yang sebagian besar tidak terlatih.
Dr. Michael Triangto, SpKO., spesialis kesehatan olahraga di Jakarta, menyatakan bahwa hingga saat ini kasus kematian mendadak dalam berolahraga memang masih menjadi momok bagi para penggemar olah tubuh.
Padahal di sisi lain, olahraga sangat dibutuhkan untuk memperkuat otot, paru-paru, jantung dan membantu memperlancar peredaran darah.
Terkait hal ini, menurut Michael, persepsi masyarakat yang seharusnya diluruskan terlebih dulu. Olahraga sangat baik dan dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan, tetapi banyak orang yang menganggap berlatih atau berolahraga itu harus seperti atlet, yaitu mengeluarkan seluruh kemampuan diri, meraih kemenangan, menjadi juara atau menorehkan prestasi.
“Padahal, dalam berolahraga kita harus terprogram dan dilaku-kan teratur dalam jangka waktu panjang, untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan. Yaitu, badan bertambah sehat, sembuh dari penyakit ataupun mendapat prestasi,” ujar dokter yang aktif dalam pembinaan di Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) sejak 1994 ini.
Sebelum melakukan olahraga, menurut dia, seseorang harus menentukan lebih dulu apa tujuan yang ingin dicapai dalam berolah tubuh. Apakah untuk prestasi, proses penyembuhan atau meningkatkan kesehatan.
Setelah itu, ia harus tahu benar bagaimana kondisi kesehatannya. Jika memang ada masalah, jangan memaksakan diri untuk melakukan olahraga berat.
Karena, itu bisa digantikan dengan terapi olahraga (sport therapy) yaitu program pengobatan yang menggunakan olahraga terukur untuk mening-katkan derajat kesehatan seseorang.
Baca juga: Lakukan Olahraga Ini Agar Ukuran Payudara Tak Ikut Menyusut saat Berat Badan Turun
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR