Intisari-Online.com – Beberapa tokoh digital dunia, kita tahu asalnya dari keluarga mapan. Mark Zuckerberg atau Bill Gates, contohnya. Akan tetapi ada satu pengecualian yakni Jon Koum.
(Baca juga: Kasus Firza Husein: Cukup Hubungi Ini Jika Ingin Bobol Percakapan WhatsApp)
Kita memang tidak kenal namanya, tapi menggunakan aplikasi besutannya yakni WhatsApp.
Kisah Jan yang kini sukses luar biasa, jauh dari cerita yang keglamoran. Pria dari sebuah desa kecil di Kiev, Ukraina, harus berjuang dalam penderitaan.
Pada masa Perang Dingin, hidup di wilayah Eropa Timur, tidak mudah bagi keluarga Jan. Pemerintah komunis saat itu melakukan pengawasan sangat ketat, yang bahkan membuat keluarganya takut untuk menggunakan telepon rumah.
Iklim politik yang tidak stabil dan meningkatnya sentimen anti-semit di Ukraina, membuat Jan yang masih 16 tahun bersama ibunya pindah ke Mountain View, California pada 1992. Keduanya tinggal di apartemen dengan keuangan yang menipis.
(Baca juga: Bingung Menulis Huruf Tebal Atau Miring Di WhatsApp, Ini Cara Praktisnya!)
Akhirnya Jan menjadi penyapu di toko swalayan, sedangkan ibunya menjadi pengasuh anak. Sebenarnya ayah Jan ingin menyusul keluarganya ke AS, tetapi pada 1997 keburu meninggal di kampung halamannya. Tiga tahun kemudian ibunya juga meninggal karena kanker.
Di usia 19, titik balik hidupnya mulai terjadi sewaktu Jan belajar untuk menggunakan komputer secara autodidak. Sebuah buku bekas yang mengajarkan jaringan komputer, kemudian mengantarkan Jan untuk berkuliah di San Jose State University
Saat berkuliah ia sempat bekerja paruh waktu di perusahaan Ernst & Young sebagai penguji keamanan. Setelah 6 bulan bekerja, ia berkesempatan untuk menangani sistem Yahoo dan merasa nyaman dalam bidang teknologi dan komputer. Jan malah akhirnya drop out.
Semasa menangani Yahoo, Jan bertemu dengan Brian Acton yang kemudian menjadi sahabatnya. Merasa tak memiliki keluarga, Jan akrab dengan Brian. Bahkan sempat bekerja sama splama 9 tahun. Keduanya sempat melamar di Facebook tapi ditolak.
September 2007 Jan meninggalkan kantor lamanya higga akhirnya berhasil menciptakan WhatsApp pada 2009. Brian akhirnya ikut bergabung dalam mengembangkan aplikasi chat ini.
WhatsApp terus berkembang pesat, terutama setelah mendapatkan suntikan dana AS$8 juta (sekitar Rp106,8 miliar) dari Sequoia Capital pada April 2011 dan menjadi salah satu aplikasi terpopuler di App Store.
Puncaknya, Februari 2014, Facebook membeli saham WhatsApp sebesar AS$19 miliar (sekitar Rp253 triliun).
Menariknya, aplikasi yang telah digunakan di 109 negara dan memiliki pemakai hingga 1 miliar ini tetap independen, dikelola oleh Jan dan Brian tanpa campur tangan Facebook.
Penandatanganan dokumen saham ini dilakukan di depan lokasi apartemen yang menjadi tempat tinggal pertama Jan di AS.
Kesuksesan tak membuat Jan lupa untuk berbagi. Pria sederhana ini memberikan donasi sebesar AS$1 juta (sekitar Rp13,3 miliar) kepada The FreeBSD Foundation dan AS$556 juta (sekitar Rp7,4 triliun) kepada Silicon Valley Community Foundation pada November 2014.
Dengan kerja kerasnya, Jan Koum berhasil meraih “American Dream”-nya.
(Seperti ditulis oleh Bramantyo dan dimuat di Intisari edisi April 2017)