Sebelumnya saya sudah mendapat keterangan juga bahwa masyarakat Indonesia pun — yang biasanya menyelenggarakan sembahyang Id bersama di Balai Indonesia — konon sekali ini akan sembahyang bersama-sama dengan ummat Islam lainnya di mesjid Tokyo yang terkenal juga dengan nama Mesjid Turki, karena didirikan dan dikelola oleh orang-orang Turki.
Baca juga: ‘Kebanjiran’ Daging Kambing atau Sapi saat Idul Adha? Dijadikan Tongseng Saja. Ini Resepnya!
Jadi di sana saya akan bisa bertemu dengan orang-orang Indonesia pula. Kesempatan itu saya anggap baik; selama beberapa hari di Tokyo saya tak sempat ke KBRI, karena acara yang harus saya ikuti sangatlah padat.
Ketika saya tiba menjelang pukul 08.00 pagi, mesjid sudah setengah penuh. Saya lihat beberapa orang Indonesia, kelihatan dari peci dan baju batik yang dipakainya, sudah duduk. Tetapi yang Iain-lain nampaknya terdiri dari berbagai bangsa, di antaranya juga kelihatan banyak orang Jepang.
Berlainan dengan suasana sebelum sembahyang Id yang biasa kita temui di Indonesia, maka di situ tidaklah saya dengar orang takbir: Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar. La ilaha ilallahu Allahu Akbar. Allahu Akbar walillah ilhamd; yang tak putus-putus. Yang terdengar adalah takbir, tahmid, salawat. Tak berlagu syahdu.
Setelah saya selesai sembahyang sunnatul masjid, seseorang berdiri di depan mikrofon yang tersedia, lalu berkata-kata dalam bahasa yang sama sekali asing buat saya. Tetapi saya tahu bahwa itu mestilah bahasa Turki.
Baca juga: Khusus di Pulau Ini, Ramainya Mudik Idul Adha Kalahkan Ramainya Idul Fitri
Setelah itu seorang lain berdiri dan berbicara dalam bahasa Inggris, agaknya mengulangi keterangan pembicara pertama, tetapi ditujukan kepada publik berbahasa Inggris.
Dia menerangkan tentang arti sembahyang Idul adha, tentang tauhid, tentang pengurbanan Ibrahim dan Ismail, tentang ibadah haji, tentang kurban, dan diakhiri dengan keterangan bahwa mesjid tersebut akan diperbaiki, diperluas.
Panitia telah menerima banyak sumbangan tetapi belum cukup juga, karena itu panitia menyatakan kegembiraannya bahwa berbagai negara Islam akan membantu usaha perbaikan mesjid itu.
Setelah itu berdirilah seorang lain lagi. Kali ini pasti orang Jepang. la segera bicara dalam bahasa matahari terbit itu. Niscaya mengulangi keterangan yang sama juga.
Baca juga: Gendong Kambing, Cara Unik Orang Telehu Merayakan Idul Adha
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR