Advertorial
Intisari-online.com - Yohanes Lau Gama alias Joni menjadi sorotan publik akhir-akhir ini.
Bocah berusia hampir 14 tahun itu menjadi perbincangan setelah aksinya memanjat tiang bendera setinggi 20 meter lebih saat upacara HUT ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Belu, Perbatasan RI-Timor Leste, Jumat (17/8/2018) lalu, terekam kamera dan viral di jejaring sosial.
Sebelum terkenal beberapa hari ini, Joni hanyalah seorang bocah biasa. Joni merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara.
Ayahnya Beterino Fahik Marsal ialah seorang petani, sementara ibunya Lorensa Gama sehari-harinya mengurusi urusan rumah tangga.
Baca juga:Deretan Hadiah untuk Bocah SMP Pemanjat Tiang Bendera, Dari Beasiswa Hingga Uang Rp25 Juta!
Joni lahir 10 Oktober 2004 di Desa Silawan, Kabupaten Belu, Kota Atambua, Nusa Tenggara Timur.
Saat ini, dirinya duduk di bangku kelas 1 SMP Negeri Silawan. Keseharian Joni, menurut sang ayah Beterino, layaknya anak-anak asli Desa Silawan.
Darah pekerja keras sepertinya sudah mengalir di bocah yang memiliki hobi bermain sepak bola itu.
Siang hingga sore hari sepulang sekolah, Joni rutin membantu orang tuanya untuk bertani, mengambil kayu, serta mengangkut air.
"Dia ke kebun, ambil kayu, timba air. Ambil air jauh turun ke bawah. Turun ada seratus meter lah," kata Beterino kepada TribunJakarta.com, Minggu (19/8/2018) di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dikatakan Beterino, Joni paling mahir bila disuruh orang tuanya mencari buah di pohon-pohon sekitar rumahnya.
Pasalnya, memanjat pohon merupakan kemahiran yang sudah Joni tekuni sejak kecil.
"(Dia sudah sering manjat) dari kecil. Dia sering manjat pohon asem untuk petik buah asem," kata
Kemahiran Joni dalam memanjat juga beberapa kali membuahkan hasil.
Baca juga:Demi Incar Turki, China Gertak Amerika dan Pamerkan Pesawat Pembom Nuklir Terbarunya
Beterino mengatakan, anak bungsunya tersebut sudah dua kali mendapatkan hadiah utama dalam lomba panjat pinang di desanya tahun 2016 lalu.
"2016 dia naik pinang di 17 Agustusan, ini dapat dua kali. Pertama 17 Agustus dia dapat kompor satu. 28 agustus di pantai dapat lagi VCD satu. Maka itu dia senang, sering udah dapat toh," beber Beterino.
Beterino mengatakan, dirinya sempat panik melihat anaknya memanjat tiang bendera saat upacara Jumat lalu.
Namun, setelah tahu anaknya itu selamat, Beterino merasa sangat bangga akan apa yang Joni perbuat demi bangsanya.
Aksi Joni sempat terekam kamera dan diunggah oleh akun Facebook Ika Silalahi, Jumat (17/8/2018).
Dalam video terlihat petugas pengibar bendera sempat menghentikan jalannya pengibaran lantaran ada tali yang tersangkut di pucuk tiang itu.
Lalu, Joni langsung menuju ke tiang bendera itu dan memanjatnya untuk mengambil tali yang tersangkut menggunakan mulutnya.
Viralnya video yang menunjukkan aksi Joni tersebut mendapatkan sorotan publik, sampai-sampai dirinya dihubungi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk dapat menyaksikan opening ceremony Asian Games 2018.
Beterino menceritakan, pada Jumat lalu selepas upacara HUT Kemerdekaan RI, dirinya dihubungi pihak kementerian untuk pergi ke Kupang.
Baca juga:Ingin Makan Daging Saat Idul Adha tapi Takut Kolesterol Jahat? Seimbangkan dengan 6 Bahan Alami Ini
Dari Kupang, Beterino, Lorensa, dan Joni diterbangkan menuju ke Jakarta pada Sabtu (18/8/2018).
"Maka itu bapak menteri langsung telpon dan orang tua ini harus antar Joni ke Kupang, besok harus ketemu di Jakarta," beber Beterino.
Joni juga sempat pula mendapatkan hadiah dari berbagai pihak, di antaranya kesempatan menonton langsung pembukaan Asian Games 2018 di GBK bersama Menpora Imam Nahrawi, kesempatan diprioritaskan jika masuk TNI, hingga perbaikan rumah oleh Kapolda NTT Irjen Pol. Drs. Raja Erizman.
Hari ini, Joni mendapatkan rezeki lainnya dari pengacara kondang Hotman Paris Hutapea dan adiknya Duma Hutapea dalam bentuk uang tunai senilai Rp 50 Juta.
Setelah bertemu Hotman hari ini, Joni dijadwalkan bertemu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) Senin (20/8/2018) besok.
Johny, panggilan akrab Yohannes Ande Kala Marcal, mendapat kehormatan nonton upacara pembukaan Asian Games 2018 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8/2018), bersama Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi.
Menteri Imam Nahrawi menerima kedatangan Johny bersama kedua orangtuanya di Kantor Kementeri Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Senayan, Jakarta, Sabtu.
"Yang pasti apresiasi pertama saya yaitu mengajak menonton acara pembukaan Asian Games 2018," ucap Imam.
Imam juga berjanji mengajak Johny keliling melihat venue pertandingan Asian Games dan akan dipertemukan dengan Presiden Joko Widodo pada Senin (21/8/2018).
Baca juga:Begini Gambaran Garis Tangan Orang yang akan Kaya Raya di Masa Depannya. Coba Cek Milik Anda!
Dalam kesempatan itu Imam Nahrawi menggelar jamuan makan siang untuk Johny dan keluarganya. Johny tiba di kantor Kemenpora memakai pakaian seragam putih biru (SMP).
"Terima kasih, kita bersyukur, siang ini kita bertemu dengan pahlawan kita, anak muda yang samgat heroik," ujar Imam Nahrawi.
Setelah itu, Imam Nahrawi sempat menggendong Johny dan memakaikan jaket Asian Games kepadanya.
Kedua orangtua Johny memakai pakaian adat. Ketika pertama kali bertemu dengan orangtua Johny, Menpora langsung mencium tangan mereka.
Johny kembali menceritakan aksinya memanjat tiang bendera. Dia mengaku sedang sakit perut saat memanjat tiang bendera itu.
"Saya sakit perut terus naik ke (pos) kesehatan," ucapnya. Ketika berada di pos kesehatan, dia mendengar Wakil Bupati menyampaikan soal tali bendera yang putus. Lantas, Johny bergegas menuju tiang untuk memanjat.
"Nggak berpikir apa apa, lari buka sepatu langsung naik. Harus berusaha ambil talinya supaya bisa lanjut upacaranya," tuturnya.
Johny sempat ditanya soal minatnya ke depan. Imam juga melihat kemampuan memanjat Johny berpotensi menjadi atlet panjat tebing. "Bisa dari panjat tebing. Panjat tebing kita juga bisa jadi juara dunia lho," kata Imam.
Namun Johny punya keinginan lain. Dia menyatakan diri ingin jadi anggota TNI. "Jadi tentara saja," ujar Joni.
Saat ditanya lagi soal pilihannya menjadi tentara atau anggota Polri, Joni tetap berkukuh pada pilihan awal. "Nggak, tentara saja," ucap Joni.
Sebelumnya, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan memberikan beasiswa dan prioritas bila Joni jika ingin menjadi tentara.
"Atas aksi heroiknya, Panglima TNI mengapresiasi dengan memberikan penghargaan berupa beasiswa hingga lulus SMA. Setelah lulus SMA akan mendapat prioritas apabila ingin menjadi prajurit TNI," ujar Kapuspen TNI Mayjen Sabrar Fadhilah, Sabtu.
PLN memberikan beasiswa pendidikan hingga Johny lulus sarjana (S1). Beasiswa pendidikan juga dijanjikan pihak Pemprov NTT hingga Kemendikbud.
Kapolres Belu, AKBP Christian Tobing yang turut mendampingi Johny mengatakan rombongan dari Belu sampai di Bandara Soekarno Hatta sekira pukul 10.00.
Tobing menjelaskan, kedatangan Johny ke Jakarta merupakan undangan dari Menpora Imam Nahrawi.
"Johny didampingi oleh kedua orangtuanya, saya, dan Dandim Belu," kata Tobing. Imam Nahrawai menilai Johny merupakan sosok pahlawan pada hari HUT ke 73 Kemerdekaan RI.
"Kalau ada yang bertanya siapa pahlawan hari ini? Saya katakan Johni, yang berasal dari Kabupaten Belu, " ujar Imam di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat.
Menurut Imam, Johni pantas disebut pahlawan karena telah menyelamatkan kegiatan upacara kenaikan bendera merah putih yang sempat terhenti karena adanya insiden putusanya tali pengerek bendera.
"Ini tentu perjuangan yang sangat heroik. Ia hanya ingin menyelamatkan merah putih. Bentuk perjuangan itu beda beda, atlet berjuang di Asian Games, dia (Johny) ingin mengibarkan bendera merah putih secara nyata tanpa disuruh," papar Imam. (tribunnetwork/tim)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Joni Si Pemanjat Tiang Bendera asal NTT Langganan Juara Panjat Pinang di Kampungnya.