Intisari-Online.com- Kebanyakan orang telah mendengar tentang Zeus, Odin, atau Jupiter, namun jarang mendengar tentang Marduk.
Marduk adalah dewa pelindung Mesopotamia kuno dari kota Babel atau Babilonia.
Pada abad ke-18 SM, Marduk mulai naik ke posisi jajaran yang sepenuhnya diakui seperti dewa.
Dia adalah putra Dewa Ea (Enki) dan Damkina, dan permaisurinya adalah Dewi Sarpanit.
Baca Juga: Sebelum 'Beraksi', Bocah Pemanjat Tiang Bendera Ternyata Sedang Dirawat di Tenda Medis
Ayahnya, Ea, mengakui superioritas Marduk dan menyerahkan kendali atas kehidupan manusia.
Pada awal abad ke-19 SM Babilonia menjadi sebuah kota yang merdeka.
Meski begitu Babilonia masih dibayang-bayangi oleh negara-negara Mesopotamia yang lebih kuat seperti Isin, Larsa, dan Asyur.
Pada abad ke-18 SM, kultus Marduk memiliki pengaruh yang cukup kuat di Babel.
Hal ini sekaligus menandai kemenangan Marduk atas Enlil (dewa negara-negara Mesopotamia sebelumnya) dan memantapkan posisinya sebagai kepala panteon Babel.
Baca Juga: Lebih dari 300 Rusa Mati Bersamaan, Bangkai Mereka Justru Dijadikan 'Laboratorium Alam'
Pertempuran Marduk dan Tiamat
Tertulis dalam "Enûma Elish" pada abad ke-18 SM, dokumen ini menceritakan kisah perang saudara di antara para dewa.
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR