Advertorial
Intisari-Online.com - Setiap musim panas, warna air laut di pantai Faroe, Denmark bukan lagi biru melainkan berubah merah karena dipenuhi darah.
Bukan darah manusia melainkan darah dari sekitar 180 ekor paus yang sengaja dijebak hingga ke bibir pantai lalu dibantai secara bersama-sama oleh warga Faroe.
Paus memiliki siklus migrasi yang sama setiap tahunnya. Kawanan paus pilot ini tentu tidak berenang hingga ke dekat pantai.
Penduduk Faroe sebagian besar adalah nelayan. Saat kelompok paus ini melewati perairan di dekat pulau itu, mereka menyiapkan puluhan kapal.
Baca Juga:Kisah Tiga Dupilkat Bendera Pusaka, Pengganti Bendera Buatan Fatmawati yang Kian Rapuh dan Memudar
Kapal ini bertugas untuk menggiring kelompok paus pilot hingga sedekat mungkin dengan pantai.
Saat ratusan paus ini terjebak di perairan dangkal, mereka tidak akan bisa berenang dengan baik dan mudah dilumpuhkan.
Maka dari daratan, ratusan orang telah menunggu untuk membantai paus-paus ini dengan berbagai senjata.
Baca Juga:Hati-hati beli Mobil Warna Ini, Susah Lakunya Saat Dijual Lagi
Mereka membawa tali untuk menarik paus mendekat ke daratan, pisau-pisau tajam, kayu dan benda apapun yang bisa digunakan untuk membunuh mamalia laut ini.
Bahkan anak-anak kecil ikut terlibat menarik tali dan melompat ke atas bangkai ikan besar itu.
Seorang wisatawan bernama Alastair Ward (22 tahun) mengunjungi kepulauan ini tanpa menyadari dia datang saat musim migrasi paus.
"Kami melihat mereka menyerbu kawanan paus seolah-olah sedang merayakan pesta besar. Anak-anak berusia lima tahun sudah mahir menggunakan tali untuk menarik bangkai-bangkai ikan ke daratan," kata Ward.
Baca Juga:Tidur dengan Kipas Angin Menyala Semalaman Dinyatakan Berbahaya, Ini Faktanya
Ward juga menggambarkan suara pekikan paus yang mereka dengar di Faroe sebagai suara yang mengerikan.
"Seperti suara meminta belas kasihan. Suara pekikan yang sangat mengerikan," lanjut Ward.
Sementara di tepi pantai warga masih berpesta membunuh paus, kapal-kapal yang bertugas menggiring paus juga kembali mendekat.
Kadang beberapa kapal berhasil membunuh paus juga di perairan yang lebih dalam.
Bangkai paus ditali di bagian depan kapal seolah untuk merayakan keberhasilan warga Faroe tahun itu.
Aksi brutal ini memakan waktu lebih dari 30 menit untuk membunuh 180 ekor paus.
Musim migrasi paus melewati pulau Faroe biasanya berlangsung sekitar bulan November.
Warga sengaja berburu paus, dan bahkan sudah merupakan tradisi selama ratusan tahun. Tradisi ini disebut dengan "Grindadarap".
Baca Juga:Jhator, Ritual Pemakaman Mengerikan di Tibet, Mayat Dibiarkan Dimakan Burung Nasar
Nantinya, daging-daging apus yang sudah mati tidak dijual, tapi dibagikan pada seluruh warga.
Mereka akan mengawetkan dan menyimpan daging paus ini sebagai stok persediaan makanan selama musim dingin nanti.
Pulau Faroe tak hanya berburu paus pilot, tapi sebuah desa bernama Hvalba membunuh lumba-lumba sisi putih Atlantik dan desa Klaksvik membunuh paus Orca.
Warga pulau Faroe biasanya menjalani musim dingin yang cukup mengerikan dan mereka kehabisan bahan makanan. Daging paus menjadi salah satu persediaan makanan yang mereka andalkan.
Jelas saja aksi ini banyak dikecam oleh para aktivis lingkungan.
Banyak orang menganggap tradisi Grindadarap terlalu kejam dan berakibat buruk bagi populasi paus pilot dan paus Orca.
Baca Juga:Ritus Pati Obong, Saat Para Janda Membakar Diri Demi Menjaga Kehormatannya