Advertorial

Orang Turki Pasrah Atas Krisis yang Terjadi: 'Kami Hanya Bisa Berdoa pada Tuhan'

Moh. Habib Asyhad
Masrurroh Ummu Kulsum
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Seperti biasanya, hari itu Abdulmecit membuka tempat cukur rambutnya yang tidak jauh dari menara Galata abad pertengahan di Istanbul.

Seminggu sebelum hari raya Idul Adha, biasanya tempat cukur rambutnya akan ramai dikunjungi pria yang ingin merapikan rambutnya.

Tapi tahun ini, tempat cukurnya sepi, orang-orang memilih untuk menahan liranya.

Inflasi yang sedang terjadi di Turki membuat harga barang melonjak.

BACA JUGA:Bendera Pusaka Indonesia Terbuat dari Tenda Warung Soto, Begini Fakta Sejarahnya

Abdulmecit bahkan tidak akan mampu membeli permen dan buah-buahan yang biasa disuguhkan selama perayaan Idul Adha.

"Kami tidak benar-benar memahami semua itu," katanya tentang krisis mata uang yang sedang berlangsung mencengkeram Turki dikutip dari The Guardian.

“Saya pikir itu politis. Erdogan berdebat dengan Trump, dan kami akhirnya terjebak di sudut. ”

"Kami hanya bisa berdoa kepada Tuhan," tambahnya.

Lira terus jatuh, pada Senin (13/8/2018) bahkan mencapai nilai terendahnya meskipun langkah-langkah untuk meredam krisis telah dilakukan Bank Sentral.

Setidaknya Lira telah kehilangan lebih dari sepertiga nilainya sejak awal tahun, dan pada hari Senin sore nilainya 6,9 terhadap dolar.

Krisis ini berakar dari kebijakan Turki. Analis telah lama khawatir tentang inflasi dua digit serta utang luar negeri yang tinggi dan defisit akun berjalan.

Sementara kekhawatiran atas berkurangnya independensi bank sentral diperparah ketika Erdogan menunjuk menantu laki-lakinya sebagai menteri keuangan dan perbendaharaan.

Namun, penurunan tajam dipicu oleh sanksi AS atas penahanan lanjutan Andrew Brunson, seorang pendeta Amerika yang ditahan selama lebih dari 600 hari atas tuduhan spionase untuk kelompok teroris.

BACA JUGA:Pecahkan Rekornya Sendiri, Pesawat Mata-mata Ini Terbang 25 Hari Non-Stop

Ketidakstabilan ekonomi telah mempengaruhi rakyat biasa, yang sekarang harus bersaing dengan harga yang lebih tinggi untuk barang-barang impor.

Seorang penjual sayur dan buah mengatakan dirinya terpaksa menaikkan produk impor yang dijualnya.

Satu kilogram pisang yang harganya 10 lira minggu lalu dan sekarang 15 lira. "Kita harus mengirim Erdogan pergi," katanya.

Sementara orang-orang Turki berjuang menghadapi inflasi, beberapa orang asing yang mendapatkan gaji dalam bentuk dolar mampu membeli barang-barang mewah.

Gambar yang beredar di media sosial menunjukkan antrian orang asing di luar toko seperti Luis Vuitton dan Chanel.

Beberapa masyarakat lainnya khawatir bisnis mereka terancam tutup.

Sementara yang lain mendukung Erdogan untuk mendorong masyarakat membeli produk dalam negeri dan menghindari barang dari luar negeri.

BACA JUGA:Gunung Everest Dipenuhi 12.700 Kg Tinja, Ini Solusi Membersihkannya! Ternyata Cukup Simpel Lho

Artikel Terkait