Advertorial
Intisari-Online.com - Tak ada hasil yang mengkhianati sebuah kerja keras.
Hal ini yang ditunjukkan oleh seorang wanita asal Ohio bernama Nichole Mustard.
Saat ini, Mustard merupakan pimpinan sekaligus pemilik bisnis start-up, Credit Karma, dengan total aset senilai 4 miliar US Dollar (Rp58,5 triliun).
Namun sebelum sesukses hari ini, Mustard dulu bukan siapa-siapa dan hanya punya satu mimpi: hidup yang bahagia.
Baca Juga:Kisah Raja Bhutan yang Rela Menunggu Selama 14 Tahun Untuk Nikahi Seorang Wanita Jelata
Mustard tidak kuliah di Stanforf yang terkenal, tidak magang di perusahaan teknologi raksasa, dan tidak pula berkantor di Silicon Valley.
Dia kuliah di Universitas Miami dan mengambil jurusan zoologi karena dia ingin menjadi seorang ilmuwan.
Dia merasa hidupnya salah jalan dan hasratnya tidak berada bersama sekumpulan tikus yang akan menjadi bahan penelitiannya.
Setelah lulus kuliah pun Mustard merasa terkatung-katung dan tidak bernasib mujur.
Dia kemudian melamar pekerjaan di restoran Pizza Hut sebagai manajer pelatihan di Los Angeles.
Baca Juga:Digaji Lebih dari Rp6 Juta dengan Fasilitas Penuh Untuk Rawat 55 Ekor Kucing, Tertarik?
Mustard tinggal di apartemen murah bersama seorang teman sekamar agar bisa berbagi uang sewa.
Lambat laun Mustard merasa pekerjaannya di Pizza Hut tidak menjanjikan perkembangan apa pun.
"Saya terus berpikir: Apa yang membuat saya bahagia?" kata Mustard dilansir dari Business Insider.
Mustard memutuskan bahwa dia suka berinvestasi dan membantu orang. Dia belajar menjadi perencana keuangan bersertifikat untuk mempersiapkan diri membangun usaha kredit.
Mustard pindah ke Boston dan bekerja menjadi direktur penjualan di start-up teknologi bernama Compete.com (yang saat ini tidak aktif lagi).
Melalui pekerjaannya itu, dia bertemu dengan tim pendiri Credit Karma Kenneth Lin dan Ryan Graciano.
Merasa yakin dengan desain perusahaan start-up mereka, Mustard lalu menjual rumahnya dan 60% gajinya untuk modal awal.
Untuk lebih hemat, Credit Karma membuka kantor pertamanya di lantai empat di atas bar di jembatan layang San Fransisco.
"Itu hari-hari awal yang cukup buruk, apalagi bau yang tidak menyenangkan yang harus terus kami hirup," lanjut Mustard.
Start-up ini mulai terkenal setelah mereka mendapat bantuan dari TransUnion dan usahanya diliput oleh seorang wartawan dari media American Banker.
"Klien kami yang datang terus meningkat. Dari 10 orang setiap hari menjadi 10 orang setiap menit.
Kesuksesan ini hanya berlangsung dalam 5 hari karena TransUnion memutuskan akan membatalkan bantunnya.
Mustard dan jajaran petinggi Credit Carma kalang kabut. Tanpa bantuan dari TransUnion, mereka tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.
Namun mereka berhasil meyakinkan TransUnion bahwa investasi mereka pasti aman dan akan bisa dikembalikan.
Baca Juga:Jakarta Diprediksi Jadi Kota Pertama di Dunia yang akan Tenggelam, Begini Penjelasannya
Seiring berjalannya waktu, Credit Carma makin dikenal dan memiliki banyak pengguna.
Sayangnya tak banyak investor yang bisa memahami alur kerja start-up Credit Carma ini. Banyak yang batal berinvestasi karena tidak sesuai dengan prinspi Mustard.
Bagi Mustard, start up tak hanya memperkaya diri sendiri tapi juga harus bisa membantu orang lain, apalagi ini tentang pinjam meminjam uang.
Perlahan namun pasti, Credit Carma melesat maju.
Hingga tahun 2018 ini, mereka berhasil mengumpulkan dana investasi sebesar Rp5,4 triliun dari ratusan investor.
Memiliki 80 juta pengguna dan 800 orang karyawan yang membantu Credit Carma.
"Aku tidak bisa lebih bahagia dari saat ini. Rasanya seperti mengambil risiko yang besar tapi Anda berhasil melakukannya," kata Mustard.
Kini Mustard tak lagi merasa hidupnya gagal melainkan bisa membantu banyak orang menyelesaikan masalah keuangan mereka, sekaligus menyelesaikan masalah keuangannya sendiri.
Baca Juga:Jhator, Ritual Pemakaman Mengerikan di Tibet, Mayat Dibiarkan Dimakan Burung Nasar