Advertorial
Intisari-online.com - Tradisi pemakaman langit atau lebih dikenal dengan pemakaman surga adalah sebuah tradisi di Tibet.
Ritual ini diikuti oleh beberapa wilayah di Tibet, seperti Qinhai dan sebagian kecil Magnolia.
Tata cara melakukan ritual ini adalah mayat di potong-potong kecil dan kemudian disimpan di puncak gunung.
Ritual ini diikuti oleh komunitas agama dari tempat-tempat ini.
Baca Juga :Meski Berusia 3000 Tahun, Pedang dari Zaman Perunggu Ini Ditemukan dalam Kondisi Masih Tajam
Baca Juga :Inilah Kisah Lain dari Dyah Putri Utami, Pengantin Baru yang Tuliskan 'Suamiku Selamat Jalan'
Mereka beranggapan bahwa tubuh seseorang tidak berguna setelah kematiannya.Sehingga harus ditinggalkan untuk alam.
Potongan-potongan ini dimakan oleh burung dan hewan liar seperti burung pemakan bangkai yang disebut burung nasar.
Meskipun terdengar mengerikan, filosofi dari pemakaman ini ternyata sangat indah dan berbudi luhur.
Mereka memilih jalan sederhana dan menghormati alam dengan memberi makan burung nasar dengan tubuh manusia.
Baca Juga :Mengintip Perkebunan Mayat: Saat Ribuan Mayat Dibiarkan Membusuk, Diikat di Pohon, Hingga Direndam
Orang Tibet percaya bahwa ada kehormatan besar dalam tradisi tersebut. Sebab, jika tubuh kembali ke alam, diyakini akan menyuburkan beberapa makhluk alam lain.
Dalam hal ini burung nasar atau biasa disebut 'Dakini' oleh penduduk setempat disebut setara malaikat, mereka juga disebut dengan penari langit.
Pasalnya orang Tibet mempunyai pandangan sendiri terhadap kematian dan pemakaman, sesuai keyakinan yang mereka anut.
Reinkarnasi dan perpindahan jiwa akan terjadi saat roh meninggalkan tubuh pada saat kematian.
Baca Juga :'Partikel Tuhan', Penemuan Gila yang Menurut Stephen Hawking Bisa Memicu Kiamat
Pemakaman langit mewakili itu semua. Tubuh manusia dianggap sudah tidak memiliki fungsi.Sehingga lebih baik diberikan kepada burung suci sebagai tindakan amal terakhir.
Orang Tibet juga meyakini kematian adalah sebagai bentuk transformasi dan bukan sebuah akhir.
Tak heran orang Tibet menghadapi gagasan kematian dengan ketenangan dan ketenangan.
Mereka percaya bahwa untuk memiliki perpindahan jiwa yang lancar seseorang tidak meninggalkan jejak keberadaan duniawi mereka, termasuk tubuh fisik.
Bahkan, jika tubuh tidak dimakan oleh burung nasar, maka hal itu menunjukkan nasib buruk atau dosa seseorang.
Mereka menganggap hal itu karena jasad tersebut terlalu kotor untuk dimakan.
Atau anggapan lain karenakeluarga almarhum tidak melakukan semua upacara pemakaman religius yang diperlukan.
Dalam kasus-kasus seperti itu, hewan lain, seperti anjing liar, akan dibawa untuk memakan mayat itu.