Tanggal 1 Maret 1942 diwilayah Jepara-Rembang, disambut dengan meriah dengan penuh harapan. Dentuman meriam kapal-kapal perang Jepang dipantai Kragan terdengar sampai jauh dipedalaman.
Baca juga: Kisah Warga Negara Belanda yang Menjadi Jugun Ianfu Bagi Tentara Jepang di Indonesia
Asap tebal mengepul di kota-kota seperti Kudus, Pati, Jepara dsb. sebagai akibat siasat bumihangus Belanda: Tangki-tangki bensin, minyak dibakar dan beberepa ledakan menghancurkan bangunan penting.
Tentara Belanda mundur sebelum bertempur, pasukan-pasukan pengamanan kota dan wilayah (stadswacht dan landwacht) terdiri atas pegawai-pegawai dan penduduk tanpa komando membubarkan diri.
Pakaian seragam dibuang jauh-jauh dan senjata yang tak ada artinya dilempar kedalam selokan-selokan. Demikian pula poIisi-Belanda.
Terjadilah sesuatu yang luar biasa selama beberapa hari menjelang pendudukan Jepang. Diseluruh wilayah tidak terdapat suatu kekuasaan atau pemerintahan. Rakyat bergerak karena naluri azasinya dan tampak dengan jelas sekali arus-dinamika baru.
Dimanapun jua rumah-rumah dan pintu-gerbang kampung, desa dan kota dihiasi dengan daun kelapa muda. Pada tiap-tiap pintu rumah ketupat-ketupat yang dibuat dari daun kelapa-muda bergantungan.
Manusia pun sama jua: Laki-Iaki, wanita, anak, tua-muda mengenakan kalung daun kelapa-muda. Itulah pertanda menjongsong kedatangan Ratu Adil. Warna pusaka, merah-putih mulai tampak berselingan dengan daun kelapa-muda. Bendera triwarna sudah lenyap dan tiada seorang pun yang ada hajatnya membela Belanda.
Sepanjang hari dan sepanjang malam orang keluar di jalan-jalan, di lorong-lorong bersorak-sorai: Sekarang tidak ada pemerintahan sewenang-wenang lagi. Tidak ada pajak apapun. Rakyat tidak perlu membajar apa-apa.
Setiap keluarga dapat rumah. Tidak perlu bayar listrik. Setiap anak sekolah di Sekolah Tinggi. Mulai sekarang tidak ada ndoro, tidak ada tuwan atau njonja, tidak ada kuli dan budak : semua orang sama.
Baca juga: Kisah 3 Tentara Jepang yang Ikut Berjuang Melawan Penjajah, Hingga Akhirnya Gugur di Tangan Belanda
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR