Sebagaimana diketahui, Sultan Agung menyerang Batavia dua kali, masing-masing pada tahun 1628 dan 1629. Pada serangan yang kedua, pasukan-pasukan Mataram sudah ditarik mundur pada minggu pertama bulan Oktober 1629 tanpa sebab-sebab yang jelas.
Baca juga:Sepenggal Kisah Gemerlap Nyonya Sosialita di Batavia Zaman VOC
Dalam cerita-cerita tradisionil seperti "Babad Tanah Jawi" disebutkan bahwa peristiwa itu merupakan pengampunan yang diberikan Sultan Agung kepada Kompeni.
Karena itu maka pada tahun 1630 Kompeni mengirim seorang utusan ke ibukota Mataram untuk menyerahkan hadiah-hadiah sebagai tanda terima kasih bahwa Sultan telah mengampuni mereka dan tidak jadi mengusir mereka dari Batavia.
Singkatnya, serbuan Mataram yang kedua itu sama sekali tidak membahayakan Kompeni. Karena Van Rechteren tiba di Batavia tanggal 23 September 1629, jelas bahwa peristiwa serangan yang dialaminya adalah yang kedua itulah.
Padahal serangan yang hampir menjebolkan benteng "Maagdelijn" terjadi pada tahun 1628. Jadi waktu Van Rechteren masih ada di Negeri Belanda. Kesimpulannya ialah bahwa Van Rechteren tidak benar-benar menyaksikan sendiri "episode kotoran manusia" itu, akan tetapi rupa-rupahya ia mengalami hangat-hangatnya kejadian itu diperbincangkan orang.
Baca juga: Soal Cara Memberi Hukuman, Kompeni dan Raja Mataram Sama Sadisnya
Dikenal di Jerman maupun Inggeris
Marilah kini kita meninjau sendiri betapa sebenarnya urut-urutan kejadian itu. Pada waktu itu memang benar bahwa kota Batavia dapat dibagi menjadi dua bagian.
Yang di sebelah Utara berbatasan dengan pantai adalah Puri atau Kastil Batavia. Bagian ini seluruhnya dikelilingi oleh tembok. Pada sudut-sudut dan bagian-bagian penting lainnya dibangun benteng yang menjulang ke atas tembok.
Yang di sebelah Selatan merupakan daerah penghunian penduduk, perkantoran dan tempat-tempat umum lainnya. Bagian ini tidak seluruhnya dikelilingi tembok. Hanya pada bagian-bagian yang dianggap penting didirikan semacam gardu-penjagaan dari kayu yang dinamakan "Wambuys".
Baca juga: Perilaku 'Sadis' Raja-raja Mataram saat Meminta Berkah dari Nyai Roro Kidul
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR