Advertorial
Intisari-Online.com- Apakah Anda memiliki temperamen tinggi ataugampang sekali marah?
Jika iya, kemungkinan Anda juga merasa pintar bukan?.
Setidaknya itu adalah kesimpulan menurut penelitian baru di Polandia dan Australia.
Lebih jauh, hal itu dikarenakan kemarahan sangat terkait dengan sifat-sifat seperti optimisme dan narsisisme.
Baca Juga:Baru Pertama Ke Indonesia, Pengacara Jepang: Kok, Bisa, Ya, Siapa pun Dikawal Polisi di Jalan Tol?
Yakni sifat-sifat yang cenderung mengarahkan seseorang untuk melebih-lebihkan kemampuan mereka sendiri.
"Dalam sebuah proyek baru-baru ini saya meneliti hubungan antara kemarahan dan berbagai fungsi kognitif," kata psikolog Marcin Zajenkowski dari Universitas Warsawa sebagaimana dilansir Science Alert, Selasa (7/8/2018).
"Marah berbeda dengan emosi negatif lainnya, seperti kesedihan, kecemasan atau depresi. Kemarahan terkait dengan bias optimisme," lanjutnya.
Zajenkowski kemudian menggandeng psikolog Gilles Gignac dari University of Western Australia untuk melakukan uji eksperimen.
Baca Juga:Hasni Disembunyikan di Balik Batu Selama 15 Tahun oleh Dukun, Kok Tidak Ada Warga yang Tahu?
Mereka merekrut 528 orang dan memintanya mengisi kuesionerKuesioner ini menanyai mereka tentang emosi dan permintaan untuk menilai tingkat kecerdasan sendiri dalam skala 25 poin.
Kemudian mereka harus mengikuti tes kecerdasan.
Sebenarnya tidak ditemukan hubungan antara temperamen tinggi dan tingkat kecerdasan (jadi Anda bisa menjadi pemarah yang cerdas).
Namun, mereka yang memiliki temperamen tinggi cenderung melebih-lebihkan seberapa cerdas mereka sebenarnya.
Baca Juga:Leukimia Seperti yang Diderita Anak Denada Bisa Dipicu dari Pakaian dan Sepatu
Bahkan hal itu bisa menyebabkan kerusakan hubungan interpersonal juga.
"Individu dengan narsisisme tinggi tidak membangun ikatan yang mendalam dan intim dengan orang lain, tetapi lebih mengungguli dan mendominasi," ungkap hasil penelitian.
Seringkali, pengalaman kemarahan mungkin menghasilkan pemikiran seperti, 'Saya pintar' dan 'Kamu bodoh', yang mungkin, pada gilirannya, menyebabkan masalah dalam menciptakan hubungan positif dengan orang lain.
Studi ini tidaklah sempurna dan memiliki kekurangan.
Baca Juga:Usai Ijab Kabul, Pria ini Harus Ikhlas Istrinya Meninggal Dunia Beberapa Jam Kemudian
Mungkin ada cara yang lebih dapat diandalkan untuk menilai tingkat percaya diri orang.
Dalam kasus ini mungkin penilaian peserta atas perilaku mereka diri sendiri juga tidak akurat.
Jadi hubungan kausal antara korelasi kemarahan dan tingkat kecerdasan tidak dapat ditetapkan pada titik ini dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Baca Juga:Wanita Pemimpin Sekte ini Ditangkap Setelah Paksa 400 Jamaahnya Lakukan Ritual Berlumuran Darah