Penerbang berumur 39 tahun itu sudah kehilangan sebagian besar berat badannya dan kedua belah kakinya membeku, tapi keadaan kesehatannya cukup baik.
Ia bertahan dengan ransum darurat dan sisa-sisa makanan dalam kapal. Suhu di tempat itu jarang sekali naik sampai - 10°C bahkan kadang-kadang turun sampai -50°C.
Kalau saja ia meninggalkan reruntuhan pesawatnya, mungkin ia sudah tewas dalam waktu beberapa jam saja.
Jadi apa yang harus dilakukan seandainya sebagai penumpang kita kedapatan hidup dalam suatu kecelakaan pesawat terbang di daerah terpencil?
Pada saat itu mungkin saja badan kita masih segar, sumber tenaga masih besar. Bagaimana harus menyimpan dan memanfaatkan tenaga itu sehemat-hematnya untuk dapat bertahan?
Untuk mengurangi turunnya panas badan, maka gerakan-gerakan badan harus dibatasi. Pakaian yang kering dan perlindungan merupakan usaha mempertahankan hidup dalam keadaan darurat.
Tapi mendapatkan atau membuat tempat perlindungan akan menuntut penggunaan banyak tenaga. Jadi untuk membuat kita tetap kering dan terlindung dari dingin, maka sebaiknya dipergunakan badan pesawat (kalau masih ada), jok-jok tempat duduk, pelampung, kertas-kertas koran yang disisipkan ke badan, rumput-rumput kering.
Kepala merupakan bagian yang penting untuk dilindungi. Dan tetap berlindung di tempat.
Untuk di tempat dingin, blue jean yang tebal itu sebenarnya bukan pakaian yang serasi. Serat-seratnya menyerap air dan angin akan membawa serta hawa panas dari dalamnya. Katun ibarat sumbu kompor. Wol mempunyai sifat-sifat yang khas, bisa memanaskan badan walaupun basah.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR