Menurut Mulyanto, wayang potehi di Indonesia rata-rata dibuat dari Tiongkok.
Namun, kini sudah ada orang Tulungagung bernama pak Kuato yang bisa membuat replika wayang potehi dengan baik.
Sehingga, untuk perangkat wayang tak lagi kesulitan, tinggal bagaimana mengembangkannya.
"Rata-rata untuk tokoh biasa, harga wayang potehi sekitar Rp 400 ribu. Yang lebih rumit sampai Rp 1,5 juta," jelas Mulyanto.
Wayang potehi adalah wayang kantong. Terdiri dari kepala dan tangan yang dibungkus kain kantong sebagai busana.
Cara memainkannya, tangan dalang masuk ke kantong dan memainkannya dalam bilik. Penonton menyaksikannya dari frame kotak di bilik itu.
"Kami tetap bersemangat untuk mengembangkannya dan berusaha melakukan regenerasi. Kesulitannya membangkitkan minat seseorang untuk menggeluti wayang ini. Sebab, selain kuno, wayang potehi belum bisa menjadi gantungan hidup," jelas Mulyanto.
Baca juga: Ini Kisah Sebenarnya Di balik Drupadi yang Punya Lima Suami Pandawa Menurut Tradisi India
Makanya, kelompoknya selalu rutin memainkan wayang inhi di markas mereka.
Harapannya, akan banyak yang tertarik dan bisa melakukan regenerasi.
Welly menambahkan, perlu bantuan banyak pihak untuk menyelamatkan wayang potehi.
"Jangan sampai aset budaya hilang, karena itu memiliki makna dalam kehidupan. Maka, dibutuhkan kemauan banyak pihak untuk menyelamatkan wayang potehi," jelas Welly.
Kesulitan memang semakin banyak.
Ibaratnya, wayang potehi berjalan di lorong sunyi, tapi di sana-sana penuh tepi.
Kemauan untuk tetap eksis dan mengembangkannya membuat kelompok Lima Merpati tak putus asa untuk menerjang tepi-tepi yang menghalanginya.
Sehingga, dia dan rekan-rekan berharap suatu saat wayang potehi menemukan kembali kejayaannya. (*)
Penulis | : | Hery Prasetyo |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR