Ditambah lagi, regenerasi wayang potehi sangat sulit.
Baca juga: Pernah Diundang ke Istana Negara Pada Era Soekarno, Begini Kisah Wayang Orang Sriwedari Saat Ini
Sehingga, wajar jika wayang potehi yang muncul di Indonesia sejak abad ke-16 itu semakin hari semakin kesulitan untuk eksis.
"Kalau kami sejak tahun 1970-an aktif bermain, baik di klenteng kami maupun melayani tanggapan dari berbagai daerah di Indonesia. Kami sering bermain di Sukabumi, Bali, Probolinggo dan sebagainya," kata Mulyanto.
Universal
Kelompok Lima Merpati bermarkas di Jl Duku 23, Kelurahan Ngamplungan, Kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya.
Mereka menganggap wayang potehi tak hanya sebagai pertunjukan keagamaan, tapi juga seni universal.
"Saya sendiri muslim dan menggeluti wayang potehi karena senang dan menganggap sebagai seni universal. Banyak filsafat indah dan berharga yang disampaikan dalam ceritanya," jelasnya.
"Cerita yang kami mainkan memang dari Tiongkok. Isinya banyak mengandung filsafat kebaikan," lanjut Mulyanto.
Di kelompok Lima Merpati, kini ada 5 personil yang giat memainkan dan melestarikannya.
Selain Mulanto ada dalang senior Mujiono, Edi Sutrisno, Tan Khee Swie, dan Haryanto.
Biasanya semuanya bisa mendalang, apalagi setiap pertunjukkan dibutuhkan 2 dalang untuk memainkan wayang.
Penulis | : | Hery Prasetyo |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR