Rekan yang mendapat luka dalam pertempuran atau gugur saat melaksanakan teknik tempur dakibu juga harus bisa diatasi oleh tim medis.
Para tim medis itu sambil bergelantungan atau merayap menggunakan tali harus bisa membawa korban atau rekan yang terluka dan kemudian dievakuasi ke tempat yang aman.
Pasukan dakibu ketika sedang bertempur memang memiliki kesulitan yang tinggi karena berada pada posisi yang tidak menguntungkan.
Oleh karena itu teknik tempur dakibu sebenarnya merupakan serbuan senyap dan sebisa mungkin musuh musuh tidak mengetahui ketika pasukan dakibu sedang merayap di tebing.
Pasalnya jika mereka sampai ketahuan musuh bisa menjadi sasaran tembak yang mudah diincar sekaligus serangan itu, jika datang dari atas juga akan sulit dibalas.
Baca juga: Kisah di Balik Pembebasan Sandera DC-9 di Thailand: Nyaris Gagal Karena Senjata Kopassus Diganti
Dalam latihannya, selain harus mahir mendaki tebing-tebing curam, pasukan dakibu Kopassus juga harus bisa memanjat tebing licin di balik air terjun yang sedang mengalir deras sambil bertempur.
Ketrampilan lainnya adalah kemampuan menyeberangi jembatan tali secara cepat sambil membawa perlengkapan tempur dan dalam keadaan diserang oleh musuh.
Kemampuan sebagai dakibu sebenarnya tidak hanya dikuasai oleh Kopassus tapi ketrampilan ekstrem itu juga dikuasai oleh pasukan-pasukan khusus TNI lainnya seperti Paskhas, Kostrad, Marinir, dan lainnya.
Kemampuan pasukan dakibu memang tidak hanya bermanfaat ketika digunakan dalam peperangan tapi juga bisa diterapkan untuk misi non-perang.
Contohnya adalah pengiriman sebanyak 142 prajurit Kopassus untuk menyelamatkan korban gempa di Lombok beberapa saat yang lalu yang saat itu masih terjebak di Gunung Rinjani.
Baca juga: Ingin Mendapatkan Perut Sixpack Seperti Anggota Kopassus? Ini Kuncinya
Source | : | Tniad.mil.id |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR