Intisari-Online.com - Raja Ampat yang dikenal sebagai salah satu wilayah dengan terumbu karang terindah di dunia, sekaligus calon Situs Warisan Dunia UNESCO sedang berduka. Hal ini disebabkan oleh kehadiran kapal pesiar Caledonian Sky asal Inggris.
(Siapa Sangka, Makan Es Krim ketika Sarapan Bagus untuk Kesehatan Mental dan Kewaspadaan)
Kapal pesiar dengan panjang 295 kaki dan berat 4.290 ton tersebut kandas di sepanjang pantai, merusak terumbu karang alami seluas 1.600 meter persegi.
Kapal yang dimiliki oleh operator tur Caledonia Noble tersebut terjebak dalam laut yang sedang surut. Padahal, kapal tersebut dilengkapi dengan radar dan instrumen navigasi canggih. Kerusakan kapal sangat minim, tapi lain halnya dengan terumbu karang yang mereka lewati.
(Ingin Berfoto dengan ‘Background’ Ikon Raja Ampat Ini? Tak Hanya Kamera, Siapkan Juga Fisik Anda)
Seperti dilaporkan dalam Mongabay, kerusakan terumbu mengakibatkan kehancuran habitat struktural ekosistem yang rapuh, memusnahkan keanekaragaman laut di delapan kelompok karang yang berbeda, termasuk Acropora, Porites, Montipora, dan Stylophora di sekitar lokasi menyelam yang populer dikenal sebagai Crossover Reef.
Seolah ingin menambah buruk kerusakan, sebuah kapal penarik dari kota Sorong dikirim untuk membantu menarik keluar kapal pesiar, yang menurut Ricardo Tapilatu, seorang peneliti di University of Papua, tidak seharusnya terjadi.
Peneliti mengatakan Caledonia Noble harus membayar kerusakan terumbu rusak. Situs, yang berada di dalam taman nasional Indonesia, memegang status khusus sebagai salah satu tempat menyelam yang paling populer di dunia dan rumah bagi keragaman kehidupan air.
Uang, yang seharusnya itu diterima, akan digunakan untuk menghidupkan kembali karang-karang melalui sebuah proses yang bisa memakan waktu lebih dari satu dekade.
Dalam sebuah pernyataan, Kaledonia Noble mengatakan insiden itu "disayangkan," menambahkan bahwa mereka dengan "tegas berkomitmen untuk menjaga lingkungan," dan bahwa setiap pelajaran akan "dimasukkan dalam prosedur operasi."
Pemerintah Indonesia juga telah bergerak dan saat ini sedang dalam pembicaraan dengan perusahaan.