Pada 7 Oktober 2015, Frigat Kelas Gepard Rusia, Dagestan dan tiga korvet kecil kelas Buyan yang berlayar di Laut Kaspia melepaskan serangan degan 26 rudal jelajah Kalibr dari Vertical Launch System mereka.
Ia melesat 1.450 km di atas wilayah Iran dan Irak sebelum menghantam target di Suriah.
Pada November 2015 masih dilakukan kelompok tugas Dagestan dengan melesatkan salvo 18 rudal Kalibr.
Selanjutnya pada 9 Desember 2015 kapal selam Kelas Improved Kilo Rostov-na-Donu juga meluncurkan salvo rudal Kalibr ke sasaran di Suriah, menandai debut tempur modern kekuatan kapal selam Rusia.
Pada 2016, frigat Rusia di Mediterania menghantam Aleppo dan Idlib dengan setidaknya tiga rudal jelajah ini.
BACA JUGA: Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL yang Misterius dan Sering Bikin Gentar Navy Seal AS
Juni lalu, Komandan AL Amerika Serikat ( AS) di Eropa dan Afrika, Laksamana James Foggo memperingatkan Rusia tengah menambah kapal selam mereka.
Peningkatan kapal selam di Eropa untuk menandingi kapal selam AS itu dilakukan secara agresif semenjak Perang Dingin.
Beberapa kapal selam itu dikatakan Foggo memiliki rudal yang bisa menembus ibu kota seluruh negara Benua Eropa.
"Penting bagi kami untuk terus waspada setiap pergerakan yang dilakukan oleh kapal selam Rusia," kata Foggo.
Komentarnya terjadi setelah media pemerintah Rusia melaporkan Moskwa bakal memperkenalkan kapal tempur amfibi yang dikenal dengan nama Ivan Gren.
Kapal itu bisa membawa 13 tank tempur utama (MBT) atau kendaraan lapis baja angkut personel, dua helikopter serang Kamov Ka-29, dan 300 marinir.
Selain itu, Rusia juga membuat dunia waswas setelah mengumumkan telah mengembangkan sebuah rudal hipersonik yang bisa menghindari pelacakan sistem pertahanan udara paling canggih.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR