Intisari-Online.com - Presiden Joko Widodo menginginkan semua bawahannya dapat menggunakan media sosial untuk menyampaikan capaian positif pemerintah.
(Sebelum Sarapan, Baiknya Mengonsumsi Minuman Ini Supaya Racun dalam Tubuh Kita Hilang)
Menurut Heaf of Social Media Crisis Center Kantor Staf Presiden Alois Wisnuhardana, Presiden ingin itu dilakukan agar media sosial tidak lagi digunakan sebagai media untuk menyebarkan kabar bohong yang menimbulkan perpecahan.
"Arahan Presiden agar semua membangun optimisme, menggandeng semua elemen bangsa. Kalau kita bisa keluar dari jebakan hoax, mungkin kita bisa jadi role model bagi negara demokrasi lain," ujar Wisnu, sapaanAlois dalam diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (25/2).
(1.164 Hoax Tersebar dalam Empat Bulan Terakhir, Semoga Kita Tidak Termasuk yang Ikut Menyebarkannya)
Sebelumnya, pada Rabu (22/2), Presiden Joko Widodo mengatakan demokrasi di Indonesia sudah kebablasan.
Jokowi mengatakan, demokrasi yang kebablasan itu membuka peluang artikulasi politik yang ekstrim seperti liberalisme, radikalisme, fundamentalisme, sekterianisme, terorisme, serta ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Menurut Wisnu, saat ini kementerian dan lembaga juga diminta dapat merespons cepat isu-isu di media sosial yang belum tentu kebenarannya.
Jokowi ingin agar penggunaan media sosial dapat membangun optimisme terhadap kemajuan-kemajuan pemerintah yang berdampak bagi masyarakat.
"Di balik praktik demokrasi yang kebablasan itu, banyak yang lupa ada agenda besar yang cukup banyak potensi yang bisa kita garap, misalnya soal pertumbuhan ekonomi," kata Wisnu.
(Abba Gabrillin)