Advertorial

Setelah Neil Amstrong, Mengapa Kini Astronaut Nyaris Tak Pernah Lagi Kembali ke Bulan?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- Pernah mendaratkan 12 orang di Bulan secara berkala tetap menjadi salah satu prestasi terbesar NASA.

Sosok yang terkenal yakni Neil Amstrong mendarat di bulan dalam programApollo 11 bulan Juli 1969.

Para astronaut mengumpulkan batu, mengambil foto , bereksperimen, menancapkan bendera, dan kemudian pulang.

Begitu juga pada program Apollo 17 (1972), di mana astronout selama seminggu berada di Bulan.

Baca Juga:7 Rahasia Bugar Vladimir Putin, Salah Satunya Bangun Siang dan Sarapan di Tengah hari

Lebih dari 45 tahun setelah pendaratan astronot di Bulan terakhir pada program Apollo 17 itu, ada berbagai alasan mengapa kita belum juga ke sana lagi.

4. Biaya yang Mahal

Sebuah undang-undang yang ditandatangani pada Maret 2017 oleh Presiden Donald Trump memberi NASA anggaran tahunan sekitar US $ 1,5 miliar atau sekitar Rp 217 triliun.

Baca Juga:Permalukan Pelanggan yang Membayar dengan Uang Receh Lengkap dengan Tips, Restoran Ini pun Kena Batunya!

Total anggaran itu dialokasikan untuk berbagai bidang, seperti proyek roket raksasa, dan misi yang sangat jauh ke matahari serta ujung tata surya.

Anggaran ini relatif kecil dibandingkan yang pernah didapat dahulu.

3. Politik

Baca Juga:Kisah Petapa India yang Pamerkan 'Kesaktiannya' Bisa Hidup Kembali Setelah Dikubur Selama 40 Hari

Presiden Trump tentu memiliki rencana untuk mendaratkan astronot NASA kembali ke bulan.

Namun dia menjanjikan waktu yang kapan-kapan sekitar tahun 2023.

Ini berarti kemungkinan hanya akan terjadi jika Trump kembali terpilih pada putaran kedua pemilihan presiden nanti pada 2020.

Dan di situlah letak masalah besar lainnya: politik partisan/ golongan.

Baca Juga:Kisah Tragis Pemenang Lotere Rp223 Milliar, Habiskan Uangnya Dengan Cara Gila Hingga Bangkrut dan Jadi Tukang Sampah

2. Bulan itu Sendiri

Bulan dipercaya sebagai jebakan kematian bagi manusia.

Permukaannya dipenuhi dengan kawah dan batu yang dapat mengancam kestabilan pendaratan.

Baca Juga:Mendadak Kaya! Wanita Ini Beli Cincin Seharga Rp187 ribu di Pasar Loak, Saat Diperiksa Rupanya Berlian Asli dan Laku Rp12 Miliar!

Namun kekhawatiran yang lebih besar adalah apa yang telah dihasilkan oleh ribuan dampak meteorit: regolith (debu bulan).

Ada juga masalah dengan sinar matahari.

Selama 14,75 hari sekali, permukaan bulan lebih mirip neraka mendidih karena paparan langsung matahari yang keras.

Namun, meski begitu NASA telah merancang pakaian antariksa anti debu yang tahan paparan matahri.

Baca Juga:John Young, Astronot Bandel yang Pernah Jalan-jalan di Bulan Meninggal Dunia

1. Generasi Miliarder Mungkin Akan ke Bulan

"Ada generasi miliarder yang luar biasa," kata astronot Jeffrey Hoffman sebagaimana dilansir pada Sciene Alert, Minggu (15/7/2018).

Selama sepuluh tahun terakhir, inovasi teknologi luar angkasa tidak hanya didominasi oleh NASA, Boeing dan Lockheed.

Baca Juga:Menurut Pakar Astrologi, Ini Artinya Gerhana Bulan Total pada 28 Juli 2018 Bagi Kita

Pernyataan ini tentu saja mengacu pada sosok Elon Musk dan perusahaan roketnya, SpaceX.

Serta Jeff Bezos, yang menjalankan perusahaan dirgantara rahasia bernama Blue Origin.

SpaceX bahkan mungkin akan lebih dahulu mendarat di Bulan sebelum NASA atau Blue Origin.

Baca Juga:Dari Proyek Ruang Angkasa, Elon Musk Kini Berencana Bikin Perusahaan Permen

Artikel Terkait