Suatu kali ketika militer Jepang sedang menerapkan jam malam dan semua lampu minyak (sentir) harus dimatikan demi menghindari serangan udara musuh (Sekutu), Inggit ternyata lupa untuk mematikannya meskipun hanya beberapa detik saja.
Baca juga: Agar Bisa Disiplin, Waktu Kecil Bung Karno Biasa Dihajar Pakai Gebukan Rotan oleh Ayahnya
Meski Inggit sempat mematikannya, para Kempetai yang sudah memergokinya lalu mendatangi rumah Bung Karno sambil menggedor-nggedor pintu.
Bung Karno yang kemudian keluar langsung digampar mukanya oleh seorang kapten pimpinan Kempetai hingga babak-belur dan berdarah-darah akibat kelalaiannya tidak segera mematikan lampu sentir.
Namun meski hidungnya berdarah dan bibirnya pecah-pecah, Bung Karno hanya diam dan sama sekali tidak melakukan perlawanan.
"Kesakitan yang dirasakan oleh siapa saja ini hanyalah kerikil di jalan menuju kemerdekaan. Langkahilah dia. Kalau engkau jatuh karenanya, berdirilah kembali dan terus berjalan,’’ geram Bung Karno dalam batinnya seperti dikutip dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Cindy Adams, Media Pressindo,2014.
Baca juga:
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR