Sementara itu, pengobatan yang paling menjanjikan pada leukemia kronis adalah transplantasi sumsum tulang belakang. Namun, kesulitannya terletak pada usia, kondisi pasien yang tidak cukup sehat untuk menjalani transplantasi, tidak adanya donor yang sesuai, serta prosedur transplantasi sendiri yang berisiko menyebabkan kematian atau efek samping yang cukup serius.
Terapi lain dengan interferon-alfa atau obat-obatan sitostatika lain. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia telah memberikan persetujuan pemakaian ST1571 dari AS (nama dagang Glivec) melalui pendekatan molekuler, khususnya untuk menangani leukemia mielositik kronik semua stadium.
Obat ini diklaim mampu menghancurkan serta membasmi menghancurkan serta membasmi protein abnormal Bcr-Abl yang memicu perkembangan sel kanker.
Keunggulan obat ini hanyalah membunuh sel abnormal, sedang sel yang normal tetap tidak terganggu. Dalam satu bulan pasien memerlukan 120 tablet obat. Karena harga satu tabletnya cukup mahal yakni mencapai ratusan ribu rupiah, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh penderita dari koceknya sungguh cukup dalam.
Baca juga: Mengharukan! Demi Pengobatan Anaknya yang Menderita Leukemia, Ayah Ini Rela Jadi Badut Jalanan
Meski mahal, bukan berarti tidak bebas efek samping. Artinya, penderita bisa merasakan mual, pembengkakan sekitar mata, kram otot, sakit tulang, dan muntah-muntah akibat minum obat ini.
Pada umumnya, penderita dewasa hanya bertahan 4 – 5 tahun. Semua pengobatan pun tetap didukung oleh faktor-faktor individual yang membantu penyembuhan, seperti pola hidup, daya tahan tubuh, dll.
Sel punca
Kini yang lebih populer adalah penggunaan sel punca dari darah tali pusat. Alih-alih dibuang atau dikubur, darah yang berasal dari tali pusat bisa disimpan dan kelak dipakai jika bayi menderita penyakit. Dalam darah tali pusat terkandung sel punca hematopoetic (HSCs) atau sel punca pembentuk darah.
Selain di tali pusat, HSCs sebenarnya juga ditemukan pada sumsum tulang belakang dan darah tepi. Sel punca dari tali pusat lebih muda dan murni. Karena sudah disimpan sejak awal, lebih mudah didapatkan jika diperlukan karena tak perlu donor.
Sel punca sudah banyak dipakai dalam mengobati penyakit kanker darah, seperti leukemia ini, bahkan sudah digunakan dalam 30 tahun terakhir ini. Demikian dilansir dari kompas.com.
Yang jelas, setelah keadaan pasien dinyatakan pulih, hendaknya jangan lupa untuk terus mengontrolkan diri serta menjalani pola hidup sehat, misalnya melakukan olahraga yang tepat secara teratur dan mengonsumsi makanan sehat.
Baca juga: Putra Pertama Farhan Meninggal karena Leukemia: Metode-metode Pengobatan Leukemia
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR