Advertorial

Ingin Selalu Menyerang, Hal Inilah yang Membuat Tentara Korut Punya Mental Bertempur yang Agresif dan Bikin Lawan Ketar-ketir

Moh. Habib Asyhad
Intisari Online
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Korea Utara dalam Perang Korea selalu menjadi pihak yang berinisiatif menyerang sedangkan Korsel dan sekutunya hanya bertahan.
Korea Utara dalam Perang Korea selalu menjadi pihak yang berinisiatif menyerang sedangkan Korsel dan sekutunya hanya bertahan.

Intisari-Online.com -Dalam Perang Korea (1951-1953) pasukan China terang-terangan membantu Korea Utara.

Maka dari itu, militer AS sebenarnya sangat khawatir jika sampai militer China kembali membantu Korut, karena serbuan pasukan China yang dikenal berani mati sulit dibendung.

Berdasar pengalaman perang yang sudah terjadi, turunnya pasukan China dalam jumlah ratusan ribu pada awal Perang Korea itu langsung membuat pasukan Amerika Serikat-Korea Selatan dan sekutunya kelabakan.

Baca juga:Ternyata Ancaman Korea Utara untuk Jatuhkan Bom Atom di AS, Hanya ‘Tulah’ dari Sikap AS saat Perang Korea

Serbuan pasukan China dengan mengerahkan 250 ribu pasukan dilaksanakan seiring datangnya musim semi tahun 1951.

Serangan musim semi RRC-Korut yang dimulai 22 April 1952 ini mengakibatkan pecahnya pertempuran terbesar selama Perang Korea.

Akibatnya Batalyon Gloucester dari Inggris yang jumlahnya hanya ratusan personel dan mencoba menahan gempuran praktis dibuat binasa.

Pasukan PBB mati-matian mempertahankan perimeter di sekitar Seoul, agar ibukota Korsel itu tidak jatuh untuk ketiga kalinya ke tangan musuh.

Divisi Keenam Korea Selatan dihantam hebat dan meninggalkan posisi mereka, sehingga menimbulkan celah sepanjang 15 km antara Divisi Pertama Marinir dan Divisi Infanteri ke-24 milik AS.

Musuh berusaha memanfaatkan celah itu, namun dihadang pasukan Australia dan Kanada. Pasukan dua negera ini, karena dianggap berjasa, lalu dianugerahi Presidential Unit Citation oleh AS.

Pasukan musuh menyerang dengan gelombang demi gelombang prajuritnya, yang hanya dapat dibendung dengan hujan peluru meriam.

“Mereka menghabiskan orangnya sebagaimana kami menghabiskan peluru,” kata seorang perwira AS.

(Baca juga:Tidak Hanya di Dunkirk, Pasukan Gabungan Inggris-Perancis Juga Terpukul Mundur di Asia Tenggara)

Pada 30 April serangan ini terhenti. Korea Utara kehilangan sekitar 70 ribu tentara, sementara PBB kehilangan 7.000 orang. Beberapa wilayah di Korea bagian tengah pun luluh lantak.

Tetapi usaha China-Korut menyeberangi Sungai Han dan merebut Seoul digagalkan.

Sementara di front masih terjadi pertempuran serta berbagai serangan udara besar yang dilancarkan AU Timur Jauh AS.

Sejak pertengahan 1951 mulai terdengar usulan tentang gencatan senjata dari semua pihak.

Namun prosesnya cukup alot, sementara di lapangan perang terus terjadi.

Dalam momen ini, ada beberapa pertempuran yang layak diingat.

Ada perebutan Bloody Ridge oleh mariner pada 31 Agustus-3 September yang memakan 2.700 korban di pihak Marinir AS, ada pula pertempuran saat Divisi Infanteri Kedua merebut Heartbreak Ridge yang memakan 3.700 korban jiwa.

Tahun 1952 perang terus berlangsung. Pyongyang diguyur bom oleh 1.403 pesawat AU Timur Jauh AS.

Ini adalah gempuran udara terbesar dalam Perang Korea. Ketika itu pasukan darat PBB mencapai sekitar 678 ribu orang, meliputi 265.800 pasukan AS, 376.400 pasukan Korsel, dan 35.700 dari negara-negara lainnya.

Pertempuran yang terkenal adalah di Pork Chop Hill, ketika Divisi Infanteri Ketujuh AS terusir dari posisi defensive mereka.

Pasukan China-Korut juga melancarkan serangan dengan kekuatan enam divisi terhadap posisi pasukan Korps IX AS dan Korps II Korsel.

Namun serangan ini berhasil ditahan di garis pertahanan Sungai Kumsong.

Baca juga:Pertempuran Amerika-Vietnam di La Drang Membuktikan, Taktik Gerilya ala Jenderal Soedirman yang Diterapkan Keduanya Sangat Ampuh

Sementara itu perundingan di Panmunjom yang telah dimulai sejak Oktober 1951 terus berlangsung, walau sering diselingi penghentian oleh kedua pihak yang berseteru.

Sebelumnya, perundingan untuk mencapai gencatan senjata, pertukaran tawanan preang, dan lain-lain itu diadakan di kota Kaeosng sejak 10 Juli 1951.

Sewaktu perundingan dilakukan, maka permusuhan tetap berlangsung, dan kedua pihak melakukan konsolidasi serta penambahan kekuatan.

Sehingga jika kekuatan PBB tahun 1952 tercatat sekitar 678 ribu pasukan, pada pertengahan 1953 meningkat menjadi sekitar 932.500 orang, yaitu 302 ribu pasukanAmerika, 590 ribu pasukan Korsel, dan 39 ribu dari negara PBB lainnya.

Pada 26 April 1953 perundingan Panmunjom dimulai lagi, walau pertempuran masih tetap terjadi.

Posisi kedua pihak tidak banyak berubah, masih di sekitar garis paralel ke-38.

Pada 27 Juli, persetujuan gencatan senjata tercapai dan ditandatangani.

Gencatan senjata berlaku mulai malam itu juga.Sedangkan pertukaran tawanan perang dilakukan selama satu bulan, 5 Agustus hingga 6 September.

Karena berakhir dengan gencatan senjata baik pihak Korut maupun sekutunya merasa tidak menang dan kalah demikian pula pihak Korsel dan sekutunya.

Tapi Korut dalam Perang Korea selalu menjadi pihak yang berinisiatif menyerang sedangkan Korsel dan sekutunya hanya bertahan.

Mental Korut yang ingin selalu menyerang itu ternyata berlangsung hingga saat ini, termasuk ingin menyerang AS menggunakan rudal nuklir.

Baca juga:Bermodal Data Curian, China Bikin Pesawat Pengebom Nuklir Siluman yang Bisa Terbang Langsung ke AS dan Indonesia

Artikel Terkait