Namun, beberapa waktu setelah kepindahan Sultan HB I, tanpa diduga salah satu gua kapur yang ditempati Ki Wirosuto runtuh sehingga keluarga abdi raja ikut ikut terkubur reruntuhan gua.
Tewasnya Ki Wirosuto beserta keluarganya menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Antara lain ada yang mengatakan, penyebab kematian Ki Wirosuto beserta keluarganya karena jin penunggu pegunungan kapur meminta "tumbal".
Baca juga: Ini Kisah Sebenarnya Di balik Drupadi yang Punya Lima Suami Pandawa Menurut Tradisi India
Karena kebetulan di gunung kapur tersebut hanya ada Ki Wirosuto bersama keluarganya, maka yang menjadi korban ya abdi dalem panongsong tersebut.
Sejak peristiwa tragis itu, hampir setiap Bulan Sapar dapat dipastikan ada penduduk yang menambang (mengambil) batu kapur di Pegunungan Gamping mendapat musibah, misalnya tertimbun longsoran batu kapur yang sedang digali.
Bahkan pada bulan-bulan tersebut bukan hanya satu-dua orang saja yang mendapat kecelakaan, tetapi lebih banyak lagi.
Bila suatu waktu terdengar suara bende (semacam gong berukuran kecil) dari arah Pegunungan Kapur Gamping, umumnya penduduk sudah menduga telah terjadi kecelakaan yang menelan korban jiwa.
Baca juga: Tradisi Kumari, Memilih Gadis Kecil Sebagai Inkarnasi Dewi untuk Disembah Ribuan Umat
Seringnya kecelakaan yang memakan korban jiwa memaksa Sultan HB I memerintahkan Demang Gamping (jabatan setingkat Camat) agar setiap hari Jumat antara tanggal 10 – 20 Sapar (bulan kedua dalam penanggalan Jawa) melaksanakan upacara Selamatan Saparan.
Pada upacara Saparan itu dibuatlah dua pasang bekakak, yakni boneka pengantin yang terbuat dari tepung beras ketan dan didalamnya diberi cairan sirup gula merah yang ditamsilkan sebagai darah.
Dua pasang bekakak pengantin itu kemudian disembelih di dua tempat di kawasan Pegunungan Gamping, yakni di Desa Tlogo dan Delingsari. Sejak saat itu, setiap tahun di Bulan Sapar diselenggarakan upacara adat penyembelihan bekakak, agar korban manusia tidak bertambah lagi.
Dibanjiri pengunjung
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR