Advertorial

Remaja Tewas Digigit King Kobra: Ternyata Ini Cara yang Benar Untuk Menangani Korban Gigitan Ular

Masrurroh Ummu Kulsum
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Seorang remaja di Palangkaraya tewas setelah digigit king kobra peliharannya sendiri di Lokasi Car Free Day (CFD) Kawasan Bundaran Besar Palangkaraya.
Seorang remaja di Palangkaraya tewas setelah digigit king kobra peliharannya sendiri di Lokasi Car Free Day (CFD) Kawasan Bundaran Besar Palangkaraya.

Intisari-Online.com - Ratusan warga Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (9/7/2018) malam berdatangan memadati sekitar rumah Rizki Ahmad di Bukittunggal.

Dikutip Grid.ID dari Banjarmasin Post, Rizki tewas setelah digigit King Cobra, pada Minggu (8/7/2018) pagi di Lokasi Car Free Day (CFD) Kawasan Bundaran Besar Palangkaraya.

Peristiwa ini tentu menghebohkan warga Palangkaraya.

Ditambah lagi dengan upaya ritual yang dilakukan oleh keluarga Rizki pada Senin (9/7/2018) malam.

BACA JUGA:Berbeda dengan Perlakuan pada Wanita, Para Pria Korban Perkosaan ini Tak Mendapatkan Keadilan

Ternyata pihak keluarga memanggil pawang ular untuk membantu melakukan ritual yang dipercaya bisa memulihkan Rizki Ahmad.

Pihak keluarga yakin Rizki masih hidup dan urung memakamkannya, meski sebelumnya ia telah dinyatakan tewas.

Kita semua tahu bahwa digigit ular berbisa sangat bahaya dan bisa mengancam jiwa, terlebih jika kita tidak mengerti bagaimana penanganan setelahnya.

Apalagi selama iniada pemahaman masyarakat yang keliru tentang penanganan korban digigit ular berbisa.

Umumnya, tindakan pertama dilakukan dengan mengikat daerah disekitar area gigitan ular.

Tujuannya adalah untuk menghentikan pergerakan bisa ular agar tak menyebar ke seluruh tubuh.

Tindakan lainnya yang sering dilakukan adalah membuat sayatan di dearah gigitan untuk mengeluarkan darah. Tujuanya pun sama, menghindari penyebaran bisa ular.

Namun menurut Tri, kedua tindakan tersebut salah besar, tidak membantu sama sekali. Sebab bisa ular akan tetap menyebar ke bagian tubuh lainnya.

“Kalau diikat hanya membuat kondisi seolah-olah bisa ular berhenti. Padahal yang diikat adalah pembuluh darah. Akibatnya pembekuan darah hingga amputasi,” kata Tri saat dihubungi Kompas, Minggu (10/9/2017).

BACA JUGA:Inilah Foto Before-After 5 Wanita Penderita Obesitas, Sungguh Manglingi Setelah Mereka Kurus!

Tri menjelaskan, cara penanganan yang tepat adalah dengan membuat bagian tubuh yang terkena gigitan tak bergerak.

Caranya sebenarnya tak sulit. Anggota tubuh dihimpit dengan kayu, bambu, atau kardus layaknya orang patah tulang.

“Betul-betul tidak bergerak sehingga bisa ular hanya ada di tempat gigitan, tidak menyebar ke seluruh tubuh,” kata Tri.

Bila bagian yang digigit ular telah berhasil diimobilisasi, waktu yang dimiliki untuk pergi ke rumah sakit atau klinik guna mendapatkan perawatan dan antibisa ular sebenarnya cukup lama.

"Anak teman saya di Papua dia kena neurotoksin. Karena tinggal di base camp di atas gunung untuk turun ke Puskesmas butuh 2 hari. Anak ini selamat dengan imobilisasi. Masih hidup sampai sekarang,” ujar Tri.

Tri menambahkan, bila klinik atau tempat kesehatan tak mengetahui jenis bisa ular, siapa pun bisa menghubungi dirinya pada Remote Envenomation Consultan Service (RECS) melalui blog recsindonesia.blogspot.com atau melalui pesan WhatsApp di nomor 085334030409.

BACA JUGA:Inilah Io, Satelit Planet Jupiter yang Memiliki Banyak Gunung Berapi

Kesalahan penangan pertama terjadi pada Ananda Yue Riastanto (8) yang digigit ular weling (Bungarus candidus) pada 5 Januari 2017 lalu.

Anak asal Peduhukan Dhisil, Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Khusus Yogyakarta itu diberikan pertolongan pertama dengan mengikat bagian yang tergigit.

Beruntung, dengan jenis bisa neurotoksin, Ananda masih selamat dari kematian meskipun mengalami enselofati yang berakibat pada kelumpuhan dan ketidakmampuan bicara.

“Neurotoksin memang berakibat lebih fatal karena bisa menimbulkan kelumpuhan otot pernafasan yang berakibat kematian. Kalau hemotoksin kan racunnya menyerang, membuat pendarahan, jadi matinya itu lama. Kalau neurotoksin matinya cepat,” ucap Tri.

Tri menuturkan, saat seseorang dengan luka gigitan ular, tenaga medis harus dapat mengatur jalannya pernafasan.

Pasien harus segera dibawa ke inkubasi, dipasang fentilator dan dibantu dengan pernapasan buatan. Jika terjadi gagal jatung, tenaga medis dapat melakukan pijat jantung.

BACA JUGA:Inilah Kerugian Mematikan Centang Biru dan Status Last Seen di WhatsApp

Artikel Terkait