Intisari-Online.com - Bisa jadi suatu saat penyakit pun bisa kita jejak polanya seperti kebiasaan kita berolahraga atau pola tidur. Berterima kasihlah pada sensor-melekat (wearable sensor), kata para peneliti.
(Kini ada smartwatch yang bisa menghemat uang belanja.)
Dalam sebuah penelitian baru, 60 orang menggunakan gawai yang mengumpulkan lebih dari 250 ribu pengukuran setiap hari pada beberapa parameter seperti denyut jantung, kadar oksigen dalam darah, tingkat aktivitas, kalori terbakar, pola tidur, dan temperatur kulit.
Setelah para peneliti mendapatkan ide dasar dari pembacaan normal untuk setiap orang dalam penelitian itu, mereka mencari penyimpangan dari pola-pola khusus untuk melihat apakah perubahan berkaitan dengan kondisi lingkungan baru, sakit, atau faktor lain yang berpengaruh pada kesehatan.
Tujuannya adalah sebuah dashboard kesehatan seperti dashboard yang ada di mobil, kata peliti senior Dr. Michael Snyder, direktur Center for Genomics and Personalized Medicine di Stanford University, California.
(Empat jenis jam tangan pintar untuk kebugaran.)
“Mobil kita memiliki 400 sensor, dan dashboard akan menyala jika ada persoalan seperti mesin terlalu panas atau bensin sudah mau habis,” kata Snyder.
Snyder menambahkan bahwa di masa depan kita akan memiliki beberapa sensor yang menyampaikan informasi ke ponsel pintar kita, yang akan menjadi dashboard kesehatan kita. “Alarm akan menyala ketika denyut jantung naik melewati batas normal dan detaknya abnormal. Ini akan menjadi semacam peringatan dini yang bahkan tubuh pun belum mendeteksinya.”
Bersamaan dengan itu, Snyder dan koleganya mengumpulkan hampir 2 miliar pengukuran dari peserta penelitian, yang mengenakan antara satu dan tujuh pemantau aktivitas di sekitar jam.
Snyder menjadi salah satu peserta.
(ZenWatch, jam tangan pintar milik Asus diluncurkan.)
Dalam salah satu penerbangan panjang saat berlibur bersama keluarga tahun lalu, ia memperhatikan perubahan pada detak jantung dan kadar oksigen. Dari pembacaan sensor sebelum bepergian, ia mengetajui kadar oksigen dalam darahnya normalnya turun selama penerbangan dan detak jantung naik di awal penerbangan namun kembali normal setelahnya.
Pada penerbangan khusus itu, bagaimanapun, angka-angkanya tidak kembali ke normal, dan Snyder kemudian mengalami demam dan tanda-tanda sakit lainnya.
Ia memiliki firasat bahwa itu bisa jadi penyakit Lyme sebab ia menghabiskan waktu di luar ruang selama dua minggu sebelumnya di Massachusetts dan bisa jadi telah digigit oleh kutu yang menularkan penyakit. Ia meyakinkan dokter untuk meresepkan antibiotik, kemudian mendapat hasil tes yang diagnosisnya adalah Lyme.
Untuk beberapa peserta, pembacaan detak jantung yang lebih tinggi dari angka normal dan juga temperatur kulit naik mengindikasikan adanya tanda-tanda munculnya penyakit.
Beberapa prediksi yang sukses tidak berarti bahwa ide ini sudah siap diaplikasikan. Penelitian lebih lanjut tetap diperlukan sebelum potret dari deteksi penyakit di penelitian diterjemahkan ke gawai yang bisa dibeli dan digunakan orang. Sebuah gawai uji coba ditarik, sementara yang lain belum bekerja seperti yang diharapkan.
Tidak serta merta karena kita bisa memantai tanda-tanda vital kesehatan yang sekarang ada di ponsel atau penjejak kebugaran lantas gawai-gawai itu bisa mendiagnosis tanpa bantuan dokter, kata Satchidananda Panda dari Ilmu Biologi Salk Institute di La Jolla, California, AS.
“Banyak penggiat hidup sehat akan menyukai ide ini dan akan menggunakan gawainya dengan bijaksana. Namun, bahayanya terletak di pengguna awam yang salah mengartikan data,” kata Panda yang tidak terlibat dalam penelitian.
Karena banyak pasien hanya memperoleh tanda-tanda vital saat periksa ke dokter atau melakukan janji ketemu dokter ketika mereka sakit atau ada yang salah terhadap tubuhnya, sensor melekat mungkin membantu dokter untuk melakukan pekerjaan lebih baik dalam mendeteksi timbulnya penyakit dan memantau perkembangannya, kata Dr. Karandeep Singh, peneliti medis di University of Michigan di Ann Arbor yang tidak terlibat penelitian.
“Perubahan fisiologis biasanya mendahului tanda-tanda munculnya semua penyakit. Jika bisa mendeteksi perubahan ini seawal mungkin, kita bisa lebih perhatian sehingga penyakit bisa lebih mudah diobati,” kata Singh.