Intisari-Online.com - Tewasnya taruna Sekolah Tinggi Ilmu pelayaran (STIP), Amirullah Adityas Putra (18), Selasa (10/1/2017), menimbulkan keprihatinan baru. Ini menambah daftar kekerasan di sekolah yang berlokasi di Marunda, Jakarta Utara itu. Sebelumnya juga ada kasus-kasus kekerasan di STIP yang menimbulkan korban.
Kematian Amirullah diduga akibat dianiaya seniornya. Dan, kasus ini sudah beberapa kali terjadi, baik yang menimbulkan kematian atau tidak.
Berdasarkan penelusuran Kompas.com dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, sudah terjadi enam kali kekerasan di STIP yang ditangani polisi.
Pada 12 Mei 2008
Taruna tingkat pertama STIP, Agung B Gultom, tewas di tangan 10 taruna senior.
Kasus kematian Agung ini sempat disebut kelelahan karena mengikuti latihan pedang pora oleh pihak STIP. Namun, polisi melihat ada kejanggalan dan mendesak keluarga memperbolehkan jenazah Agung untuk diotopsi.
Selain itu, ada tiga taruna lain yang mengaku bahwa dianiaya bersama Agung. Polisi akhirnya mendesak keluarga Agung mengizinkan makam Agung dibongkar dan jenazahnya diotopsi.
Pihak keluarga mengizinkan makam Agung di Mabad Jerawat, Tandes, Surabaya, Jawa Timur, dibongkar polisi. Jenazah Agung diotopsi tim dokter Rumah Sakit Dokter Soetomo, Surabaya.
Hasilnya, ada luka memar di dada dan muka. Kepala bagian belakang mengalami pendarahan. Levernya rusak.
Para tersangka adalah Las, Nug, Ant, Ang, Put, Ha, Ma, Kar, Rif, dan Har. Korban antara lain, P, T, D, E, dan V.
November 2008
Kekerasan di STIP kembali terulang. Jegos (19), taruna tingkat pertama, dianiaya oleh taruna senior hingga gegar otak. Kekerasan ini dilatari Jegos tak kunjung mencukur rambut setelah diingatkan.
2012-2013
Ada dua kekerasan lagi terjadi pada tahun 2012 dan 2013. Data kekerasan itu berdasarkan hasil catatan Polres Metro Jakarta Utara.
2014
Kekerasan di STIP kembali terjadi pada tahun 2014. Kali ini nyawa taruna pertama, Dimas Dikita Handoko, melayang sia-sia di tangan para senior.
Dimas tewas dianiaya para seniornya karena dianggap tidak respek terhadap para seniornya. Kekerasan tak dialami Dimas sendiri. Enam teman lainnya juga ikut mengalami kekerasan serupa dari tiga taruna senior.
10 Januari 2017
Terakhir, kekerasan di STIP kembali terulang pada tanggal 10 Januari 2017. Taruna pertama, Amirullah Adityas Putra, tewas dianiaya oleh lima taruna senior tingkat dua. Amirullah dianiaya bersama lima taruna lain.
Kelima korban lain beruntung masih selamat dan mengalami luka memar. Pihak kepolisian menyatakan, enam taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Cilincing yang dianiaya oleh para seniornya terjadi saat "tradisi" menurunkan keterampilan alat musik tam-tam, bagian dari drum band.
Pada saat itu, enam taruna tingkat I yang dipanggil menghadap justru malah dianiaya lima seniornya dari tingkat II.
Kepala Polres Metro Jakarta Utara Komisaris Besar Awal Chairudin mengatakan, kegiatan menurunkan keterampilan alat musik menjadi tradisi di STIP. Sayangnya, bukan kepandaian yang diturunkan, melainkan kekerasan yang didapat para korban.
Polisi sudah menangkap lima orang yang diduga pelaku berinisial SM, WH, I, AR, dan J. Masing-masing peran para pelaku sedang didalami petugas.