Advertorial
Intisari-Online.com – Pornografi. Tak ada satu pun definisi yang diakui semua pihak. Acara televisi yang oleh sebagian masyarakat dianggap tontonan keluarga bisa dikategorikan sebagai pornografi oleh sebagian masyarakat lain.
Karena definisinya subjektif, kata Encyclopaedia Britannica, maka menentukan jejak sejarah pornografi pun hampir mustahil.
Isitilah pornografi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu porni dan grafo. Porni berarti penjual jasa layanan seks bebas, yang di kamus disebut sebagai pelacur. Sementara grafo bermakna tulisan atau gambar.
Secara harfiah pornografi lalu diartikan sebagai semua materi tulisan atau gambar yang menampilkan para pelacur.
Baca juga: Hati-hati! Sering Dipakai Buka Situs Porno, Smartphone Cepat Rusak!
Pornografi dalam pengertian sederhana ini bisa dianggap sudah muncul sejak manusia mengenal simbol gambar dan huruf.
Sebelum kebudayaan Yunani kuno pun manusia sudah punya kebiasaan membuat patung atau gambar-gambar alat kelamin dan kegiatan koitus.
Para pujangga masa lalu juga sudah menulis puisi atau cerita-cerita yang mengungkapkan materi tabu secara gamblang.
Di setiap zaman, materi pornografi selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.
Baca juga: Polisi Thailand Berhasil Bekuk 1 dari 10 Kolektor Pornografi Anak Terbesar di Dunia
Setelah Johannes Gutenberg memperkenalkan mesin cetak pada abad ke-15, bahan pornografi pun ikut menyesuaikan diri dalam bentuk materi cetak.
Sebagai sebuah industri, pornografi tak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi fotografi yang maju pesat sejak abad ke-19.
Salah satu titik penting sejarah pornografi terjadi di pertengahan abad ke-20 ketika Hugh Hefner menerbitkan majalah Playboy tahun 1953.
Demikian pentingnya Playboy dalam sejarah, sampai Hefner pernah bercanda, "Ada tiga penemuan penting dalam sejarah manusia, yaitu penemuan api, roda, dan Playboy."
Mungkin ucapan ini berlebihan. Tapi umat manusia memang tidak bisa mengingkari bahwa kelahiran Playboy telah memicu revolusi dalam hal perilaku seks manusia.
Sejak Playboy hadir, batas tabu yang dianut umat manusia terus bergeser ke arah tak tabu. "Kekuatan terbesar yang menggerakkan peradaban manusia sebetulnya bukanlah agama tapi seks," kata Hefner meledek.
Ya, agama memang akan terus menjadi musuh bebuyutan Hefner dan para pengikutnya.
Ketika teknologi film semakin maju, materi pornografi pun menyesuaikan diri menjadi bentuk film audio visual.
Dalam hal ini, Jepang, terkenal sebagai salah satu penghasil film porno terbanyak di dunia. Menurut perkiraan Karl Taro Greenfeld, dalam bukunya Speed Tribes (1995), Jepang tiap tahun rata-rata memproduksi video porno sebanyak 14.000 judul.
Sementara Amerika Serikat yang masyarakatnya begitu liberal "hanya" memproduksi 2.500 judul saja setiap tahun.
Seiring dengan kemajuan teknologi, materi pornografi terus mengalami perubahan bentuk.
Yasraf Amir Piliang, penulis buku Dunia yang Berlari: Mencari "Tuhan-tuhan" Digital (terbitan Grasindo) meramalkan, materi pornografi di masa depan pun akan mengalami perubahan dari bentuknya yang sekarang.
Pada masa itu bentuk pornografi tetap berupa materi audio visual tapi lebih menyerupai tubuh artifisial manusia.
Baca juga: Beginilah 10 Cara Pornografi Memainkan Pikiran dan Merusak Masa Depan Tanpa Kita Sadari
Tubuh artifisial ini bertindak sebagai mesin seks virtual yang membantu manusia melampiaskan libidonya.
Mesin ini juga akan menyediakan fitur interaktif lewat dunia maya sehingga penikmat materi itu seolah-olah bisa melakukan hubungan seksual secara nyata.
Piliang menyebut tubuh artifisial ini dengan istilah simulakrum. Berhala yang kualitasnya mendekati manusia nyata!
Bahkan, mungkin lebih ideal dan lebih sempurna. (Emshol)
Baca juga: Penuhi Permintaan Kominfo, Google Indonesia Akhirnya Hapus Aplikasi Berbau Pornografi LGBT