Semuanya serupa. Masingmasing menenteng kendi air yang terbuat dari tanah liat dan menggenggam sebuah kipas yang entah terbikin dari apa.
Di belakangnya mengiringi seorang atau dua orang wanita yang berpakaian serba putih dan membawa kipas bersama cerek air yang terbuat dari logam.
Lain lagi kejadian di pedalaman dekat kota Indore, negara bagian Madhya Pradesh. Di tepi jalan nongkrong 3 ekor gajah dan segerombolan orang yang berpakaian aneh dengan muka tercoreng berbagai garis berwarna.
Tanpa pikir panjang kami memberhentikan mobil. Baru hendak mematikan mesin mobil, muncul beberapa orang yang berteriak sembari mengacungkan golok. Buru-buru, kami tancap gas.
Sesungguhnya kejadian-kejadian ini menggambarkan betapa masih kokohnya sistim sosial membentengi rambatan pembangunan di India. Hanya saja, bagi pelancong yang ganjil itu justru menyenangkan.
Meskipun itu suatu ironi! (Ditulis oleh Erlangga Ibrahim – Intisari Juli 1979)
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR