Intisari-Online.com - Perusahaan air menyerukan label baru pada tisu basah karena sudah sering menimbulkan kasus kekacauan lingkungan.
Para ahli mengatakan konsumen sedang disesatkan oleh kemasan pada tisu karena mereka tidak tahu dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh tisu basah.
Tidak seperti kertas toilet standar, tisu basah tidak larut, dan mengandung bahan-bahan yang tidak hancur seperti tissue berbasis kertas. Mirip dengan saat kita membuang plastik.
(Baca juga: Jangan Sembarangan Gunakan Tisu Basah untuk Bersihkan Wajah!)
(Baca juga:Kehabisan Stok Sampah Swedia Justru Gelisah)
(Baca juga: Medali Olimpiade Tokyo 2020 Terbuat dari Daur Ulang Smartphone)
Akibatnya, perusahaan air menghabiskan sekitar 88 juta poundsterling (atau sekitar Rp1,4 triliun) dalam setahun untuk membersihkan 360.000 penyumbatan yang mendorong terbentuknya suatu tumpukan seperti lemak yang kerap disebut “fatbergs” atau “poobergs”.
Setengah dari penyumbatan global disebabkan oleh pembuangan tisu basah.
Pada bulan Februari 2016, sebuah fatberg besar disebabkan oleh tisu bayi, popok dan lemak yang ditemukan bersembunyi di bawah jalan-jalan Oxford, Inggris, yang menyebabkan banjir di di perumahan.
Dan pada bulan Juni di tahun yang sama, pekerja selokan dipaksa untuk mengangkut sebuahfatbergberbau tengik sebesar van transit di South Hykeham, Lincs.
Perusahaan air Inggris sekarang telah mengeluarkan saran tentang apa saja produk rumah tangga yang dapat dan tidak dapat dibuang ke toilet.
Mereka juga mendesak perusahaan untuk menandai dengan jelas tisu dan produk kebersihan pribadi dengan “Jangan Dibuang ke Toilet”.