Intisari-Online.com - Sementara sebagian besar orang Norwegia merayakan Kebebasan Norwegia pada tahun 1945, ada sekitar lima ribu wanita Norwegia dikirim ke kamp interniran di sekitar Norwegia hingga 120 hari.
Mereka disebut 'gadis Jerman' atau 'Pelacur Jerman' karena telah terlibat dengan tentara Jerman atau bekerja untuk Jerman selama perang, bahkan jika hanya menjadi tukang bersih-bersih atau penjahit.
Beberapa wanita ini telah membawa kekasih Jerman saat Nazi menduduki Norwegia, tetapi sebenarnya banyak lagi yang tidak melakukan hal semacam itu.
Pemerintah membenarkan pengiriman para wanita ke kamp interniran sebagai cara untuk melindungi mereka.
Baca Juga: (Video) Rapper Wanita Rayakan Kekebasan Mengemudi di Arab Saudi dan Jadi Langsung Viral
Baca Juga: Lakukan Ini Selama 10 Menit Saja secara Rutin, Perut Buncit Kamu akan Kempes!
Hal itu dikarenakan masyarakat sering menyeret wanita-wanita tersebut ke jalanan untuk mencukur rambut mereka.
Para wanita tidak hanya dihukum oleh masyarakat umum yang memotong rambut mereka, mengambil pekerjaan mereka dan mengasingkan mereka dari masyarakat Norwegia, mereka juga dihukum oleh otoritas Norwegia.
Interniran atau sejenis penjara dianggap resmi dan legal yang digunakan untuk melindungi para wanita ini terhadap kebencian rakyat dan upaya mencegah penyakit seksual menular.
Orang-orang marah karena para wanita itu terlalu dekat dengan Jerman, ada kebencian publik yang kuat terhadap mereka dan pihak berwenang merasa harus melakukan sesuatu.
Baca Juga: 7 Keunikan di Korea Selatan, Salah Satunya Sesama Pria Berpelukan!
Selain itu, pihak berwenang juga khawatir tentang penularan penyakit seksual di kalangan pelacur yang telah melakukan kontak dengan banyak tentara Jerman selama pendudukan.
Menurut peneliti Denmark, Anette Warring, seksualitas perempuan menjadi properti nasional dan maskulin selama masa perang dan seksualitas diberikan nilai simbolis tertentu.
Source | : | Sciencenordic.com |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR