Mengenang Orang yang Telah Mendahului Kita

K. Tatik Wardayati
,
Moh Habib Asyhad

Tim Redaksi

Cuci Tangan Bisa Bersihkan Pikiran
Cuci Tangan Bisa Bersihkan Pikiran

Intisari-Online.com – Di setiap bandara, terminal bus, atau stasiun kereta api ada dua hal yang senantiasa menjadi pusat perhatian. Pertama, waktu kedatangan. Kedua, waktu keberangkatan. Waktu kedatangan menjadi penting bagi mereka yang menantikan kedatangan atau kehadiran seseorang yang akan dijemputnya. Sementara itu, waktu keberangkatan menjadi penting bagi mereka yang akan meninggalkan tempat itu untuk pergi ke suatu atau beberapa tempat yang lain. Demikianlah., ada yang datang, ada pula yang pergi.

Dinamika kehidupan manusia juga ditandai dua hal tersebut, datang dan pergi. Setiap hari di halaman surat kabar terpajang berita dukacita. Dalam kolom tersebut terpampang foto dan nama seseorang yang telah menyelesaikan hidupnya dan pergi ke alam baka. Sementara itu, pada halaman yang sama kerap kali terpajang pula berita kelahiran di pelbagai belahan dunia ini. Kontras antara yang pergi dan yang datang hadir setiap hari dalam kehidupan manusia. Kelahiran mendatangkan sukacita. Sebaliknya, kematian menyebabkan dukacita.

Untuk kedua situasi tersebut, orang yang mengalaminya tak pernah merasakan secara sungguh apa yang sebenarnya terjadi. Seorang bayi tentu saja tak pernah mengetahui secara persis bagaimana situasi saat dirinya lahir untuk pertama kalinya di dunia ini. Baru setelah cukup umur, ia akan mengerti. Itu pun taak semua situasi yang dialaminya. Demikian pula dengan mereka yang meninggal dunia. Iklan atau ucapan dukacita alias obituari tentu saja tak bisa mereka baca sendiri. Yang membacanya adalah orang lain. Kelahiran maupun kematian hadir dalam keterbatasan diri manusia. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan orang lain yang sungguh bisa secara sadar mengamati dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh mereka yang baru lahir dan sudah meninggal dunia.

Kita diajak untuk mengingat mereka yang telah wafat bukan dengan cara emosional dalam kesedihan yang mendalam atau kenangan-kenangan nostalgia yang berlarut-larut sehingga hanya akan menimbulkan kesedihan mendalam.

Kita diajak mengingat mereka yang telah wafat dengan penuh kasih dan iman. Kita mengingat jiwa orang beriman itu dalam kasih supaya senantiasa terjalin relasi antara kita yang berziarah di bumi ini dengan mereka yang telah berziarah ke alam baka. Relasi ini terwujud dalam ungkapan kasih yang tak pernah dipatahkan oleh apa pun, bahkan oleh kematian sekali pun. Selain itu, kita diajak mengenang mereka yang telah wafat dengan penuh kepasrahan. Kita diajak untuk percaya bahwa Tuhan, Sang Pemilik dan Penyelenggara kehidupan akan memberikan yang terbaik kepada mereka yang telah wafat.