Namun, di saat sebagian besar masyarakat, khususnya di Jawa Barat, berdasarkan hasil quick count, sudah menganggap pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum sebagai pemenang, muncul hasil quick count lembaga survei lain yang 'berbeda sendiri'.
Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) menyatakan bahwa pemenang Pilkada Jabar adalah pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu dengan raihan 30,93%.
Sementara pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul berada di posisi kedua dengan raihan 30,41%.
Pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (27,49%) dan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan (11,17%) berada di peringkat ketiga dan keempat.
Kenangan Pilpres 2014
Mungkin Anda juga masih mengingat bagaimana saat pemungutan suara Pilpres 2014 masyarakat dibingungkan oleh hasil quick count yang dirilis ke masyarakat.
Seperti kita tahu, terdapat delapan lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK, yaitu Populi Center, CSIS, Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, RRI, Saiful Mujani Research Center, dan Pol Tracking.
Lucunya, ada empat lembaga survei yang memenangkan pasangan Prabowo-Hatta yakni Puskaptis, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia.
Baca juga: Saking Bencinya, Pasukan Rusia Menggali Kubur Serdadu Nazi Lalu Memutilasi dan Membakarnya
Dari fakta itu, pertanyaan yang kemudian mengemuka di masyarakat adalah: siapa sesungguhnya yang menyimpang dua kelompok itu? Mana hasil quick count yang “abal-abal” alias penuh rekayasa?
Pada dasarnya, quick count adalah metode verifikasi hasil pemilu yang bersumber dari penghitungan persentase hasil pemilu di sejumlah TPS yang dijadikan sampel.
Mengingat data asalnya perhitungan TPS secara langsung tentu saja akurasinya lebih tinggi, karena bukan berdasarkan persepsi atau pengakuan responden.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR