Baca juga: Demokrasi Jalanan Jokowi Juga Diimpor Jepang
Mereka mengunggah fotonya di Facebook. Meriah, dengan kepala penuh aksesoris pita-pita, face painting, topi, kacamata dan baju beraksen warna bendera Thailand.
Konvoi para pemrotes di jalan-jalan utama kota Bangkok memang sering kali mengesalkan. Tapi memandangi konvoi yang mirip karnaval ini terlihat amat seru. Kostum dan atribut meriah, bendera yang berkibar-kibar, serta pengeras suara yang dipasang pada mobil.
Pemimpinnya juga terus tersenyum melambaikan tangan dan pengikut parade juga tampak senang.
Begitu simpatiknya aksi ini, tak heran bila terkadang di tengah-tengah perjalanan, mendadak menyelip turis atau warga setempat yang nebeng turut berfoto. Padahal turis atau ekspatriat sebetulnya dilarang bergabung dalam kegiatan berpolitik. Ancamannya bisa dideportasi.
Objek wisata demo
Saya sendiri sempat deg-degan saat menemani seorang kawan dari Indonesia, yang kebelet melihat orang demo di Bangkok. Padahal beberapa hari sebelumnya ada berita di media tentang timbulnya korban jiwa. Akhirnya saya mampir juga ke lokasi protes, lantaran kebetulan harus lewat.
Baca juga: Inilah Partai Peserta Pemilu 2019 dengan Uang Terbanyak Menurut Hasil Survei
Saya pilih pagi hari, saat lokasi sepi dari kegiatan karena kebanyakan demonstran kembali pada rutinitas sehari-hari. Di sana ternyata bukan hanya saya, warga negara asing yang bertandang ke tempat tersebut.
Ada sekeluarga bule dengan kereta bayi, berfoto dan melihat-lihat kios cendera mata. Atau rombongan orang Jepang asyik memilih-milih barang di lapak atribut demo. Ah, ini seperti wisata demo saja.
Komentar bermajas ironi dari seorang kawan warga Indonesia: “Ini sih festival rakyat, namanya. Thailand mesti belajar sama orang-orang kita kalau mau demo beneran.”
Setuju atau tidak ? Entahlah. Yang pasti, terlepas dari misi utamanya yang “keras” serta sempat munculnya korban akibat ledakan granat atau tembakan misterius di sana-sini, aksi protes berkepanjangan di Bangkok kali ini memang banyak diwarnai pesta.
Sebuah pesta atas nama reformasi. (Ditulis oleh Irene Dyah. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 2014)
Baca juga: Parpol-parpol ‘Kompak’ Tolak Caleg Diwajibkan Laporkan Harta Kekayaannya di Pemilu 2019
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR