Jika survei mengukur persepsi atau opini seseorang, quick count mengambil fakta rekapitulasi suara yang berasal dari formulir C-1.
Dalam sejarahnya, quick count terbukti berperan dalam mengungkap kecurangan penyelenggara pemilu.
Misalnya pada pemilu di Filipina tahun 1986 yang dilakukan oleh Presiden Marcos dan para pendukungnya.
Begitu pula saat pemilu di Chili tahun 1988 oleh Presiden Pinochet, serta pemilu di Peru pada tahun 2000.
Dalam pemilu-pemilu bermasalah tersebut, hasil resmi yang dikeluarkan lembaga penyelenggara pemilu ternyata jauh dari range hasil dari mayoritas quick count yang diselenggarakan sejumlah lembaga.
Dari fakta itu maka bisa diindikasikan hasil perhitungan suaranya juga bermasalah. (Tjahjo Widyasmoro)
Baca juga: (Foto) Inilah 10 'Selfie' Teraneh yang Hanya Dilakukan Orang India, Dijamin Bikin Tertawa Geli!
Penulis | : | |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR