Tjilik sempat ragu apakah sudah sampai lokasi, tapi setelah yakin bahwa mereka sudah sampai, para pemuda itu mulai melakukan penerjunan—meski tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Seorang personel bernama Djarni batal meloncat karena takut, sementara 13 yang lain sukses—meski beberapa sempat ada yang tersangkut di atas pohon.
Setelah berkumpul semua tiga hari kemudian, mereka baru sadar tidak mendarat di Sepanbiha seperti yang direncanakan sebelumnya.
Mereka ternyata terjun di dekat Kampung Sambi yang berada di antara Sungai Seruyan di barat laut Rantau Pulut, Kotawaringin.
Baca juga: Demi Cepat Dapat Suami, Anak Gadis di Mauritania Dipaksa Konsumsi 16 Ribu Kalori per Hari!
Selain itu, tidak semua parasut dapat ditemukan kembali, demikian juga persediaan amunisi, bahan makanan, alat perkemahan dan veldbed.
Kondisi ini diperparah dengan adanya pengkhianatan dari Albert Rosing, seorang Lurah Kampung Mayang, yang menyebabkan mereka masuk perangkap, setelah 35 hari di hutan.
Jika tidak, ada kemungkinan operasi ini berhasil.
23 November 1947 dini hari, ketika orang masih tidur nyenyak, di sebuah ladang tepi Sungai Koleh (anak Sungai Seruyan), mereka dihujani peluru oleh sepasukan tentara Belanda yang menyerang dari 3 jurusan.
Akibatnya tiga orang gugur seketika, yaitu Letnan Udara II Anumerta Iskandar, Sersan Mayor Udara Anumerta Achmad Kosasih, dan Kapten Udara Anumerta Hari Hadisumantri.
Suyoto tertawan, sedangkan Dachlan yang mengalami luka berat di leher, bersama Bachri, Ali Akbar, Mica Amiruddin dan yang lain sempat meloloskan diri.
Dengan tabah, sisa rombongan melanjutkan bergerilya, tetapi pengepungan pasukan NICA begitu ketatnya, sehingga akhirnya dua bulan kemudian mereka semua tertangkap.
Mereka dibawa ke Banjarmasin, dan kemudian ditawan di Penjara Bukitduri, Jakarta.
Tidak lama di Jakarta mereka dibawa kembali ke Banjarmasin, setelah itu mereka dikirim lagi ke Jakarta, masuk Penjara Glodok, kemudian dipindah ke Penjara Cipinang, lalu dijebloskan ke Penjara Bukit Batu di Nusa Kambangan.
Pada waktu mendekati penandatanganan KMB di Den Haag, Belanda, mereka ditarik kembali ke Glodok dan akhirnya dikembalikan ke Yogya dengan status bebas.
Baca juga: Hilang 35 Tahun yang Lalu, Petugas Angkatan Udara AS Ini Ditemukan di California
Demikianlah operasi penerjunan pasukan payung ini dilaksanakan sekaligus merupakan operasi lintas udara (linud) pertama bagi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Meskipun tugas operasi Kalimantan itu kacau balau dan akhirnya gagal, tetapi kisah paratroop tersebut merupakan suatu peristiwa gemilang.
Ini membuktikan bahwa para pejuang kemerdekaan dalam keadaan serba darurat dapat membina kekuatan yang tidak boleh dianggap remeh.
Peristiwa inilah yang kemudian diperingati sebagai hari Pasukan Khas Angkatan Udara.
Source | : | tni-au.mil.id |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR