Latihan pun hanya dilakukan dalam seminggu.
Nah, dari 60 peserta itu, terpilihlah 12 orang asli Kalimantan yang semuanya paham bahasa Dayak Kahayan, ditambah dua orang dari PHB AURI: Opsir Muda Udara I Hari Hadisumantri dari Semarang sebagai montir radio, dan Sersan Udara F.M Soejoto dari Ponorogo yang bertugas menjadi juru radio.
Sebagai pemimpin, ditunjuklah Iskandar yang berasal dari Kabupaten Sampit, Kalimantan Selatan.
Sekadar informasi, operasi penerjunan ini bersifat rahasia guna membentuk dan menyusun kekuatan inti gerilya di daerah asal suku Dayak, Sepanbiha, untuk membantu perjuangan rakya setempat.
Operasi khusus ini juga ditujukan untuk membuka stasiun pemancar induk serta menyiapkan daerah penerjunan untuk operasi selanjutnya.
Oleh karena itulah dua orang dari PHB AURI beserta pemancar yang mereka bawa diharapkan bisa menjadi pemancar strategis. Dengan begitu, perjuangan rakyat Kalimantan dapat dikoordinasikan dengan rakyat Jawa dan Sumatera.
Dalam operasi ini, pesawat yang digunakan adalah Dakota RI-002 yang dipiloti Bob Earl Freeberg dan kopilot Opsir Udara III Makmur Suhodo, sementara operator penerjun dipercayakan kepada Opsir Muda UDara III Amir Hamzah.
Tjilik Riwut sendiri bertindak sebagai penunjuk daerah penerjunan.
Operasi pertama ini disertai dropping alat-alat perlengkapan dan perbekalan untuk bergerilya di hutan.
Hingga tibalah hari bersejarah itu.
17 Oktober 1947 dini hari, persisnya pukul 2.30, Dakota RI-002 berangkat dari Yogyakarta.
Source | : | tni-au.mil.id |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR