Alhasil Diana ngambek dan mengancam suaminya dengan dua alasan; memboyong anak-anak kembali ke Windsor menemani Ratu atau pulang ke rumah mereka di Highgrove.
Insiden tersebut jelas berdampak buruk bagi kedua pangeran kecil ini. Sementara rentetan perseteruan ayah-ibunya terus berlanjut, William bak anak ayam kehilangan induknya. Rumah yang dulunya merupakan oase yang sejuk, kini terasa amat tidak menentramkan hatinya.
Masih teramat muda bagi Wills untuk mampu bertahan menghadapi bertubi-tubinya tulisan memalukan yang diteriakkan koran, tabloid, dan televisi tentang perkembangan skandal rumah tangga kedua orang tuanya.
Perang saling mempermalukan antara Charles dan Diana semakin memanas dengan terbitnya buku Diana Her True Story (1992), yang ditulis Andrew Morton. Isinya antara lain membeberkan perselingkuhan Charles dengan Camilla Parker-Bowles, pacar lamanya.
Untuk membalas "serangan" istrinya, tak lama kemudian Charles mengeluarkan buku Prince of Wales hasil olahan Jonathan Dimbleby. Sebagai upaya mencoreng popularitas istrinya, buku ini menggambarkan kebobrokan mental Diana sebagai wanita yang berpikiran dangkal dan berkepribadian tak stabil. Bahkan terperangkap bulimia.
Baca juga: Pangeran William Sudah Langgar Tradisi Sejak Lahir, Tapi Tetap Saja Jadi yang Terpopuler
Sementara kondisi psikis William belum reda dari imbas pemberitaan media atas ulah orang tuanya, Maret 1995 terbit lagi buku yang lebih mengejutkan, Princess in Love, karya Anna Pasternak. Ironisnya, buku tersebut memuat hubungan gelap sang ibu dengan James Hewitt, instruktur penunggang kuda yang juga gurunya sendiri.
Tak pelak, hiruk pikuk ini membuat citra keluarga Kerajaan Inggris terkoyak-koyak. Sekali lagi, yang paling menderita tentu William dan adiknya. Kondisi di atas membuat pengamat kerajaan, Julie Burchill, prihatin terhadap perkembangan William.
"Saya tentu masih mengharapkan yang terbaik bagi Wills. Namun saya heran kalau Wills bisa tumbuh normal. Betapa tidak? Boleh dikata mereka keluarga kerajaan yang paling berantakan sejak zaman Munsters.
Bayangkan, setiap hari hampir selalu muncul perkara baru. Orang luar sampai bisa tahu segala sesuatu tentang mereka. Jelas, ini sangat tidak bagus bagi keluarga kerajaan yang sedang berkuasa."
Bayangkan, sebagai bocah Wills justru harus "melayani" kehendak kedua orang tuanya yang selalu berlainan. Tuntutan kepatuhan itu membuatnya tersiksa karena terpaksa menampilkan dua sisi hidupnya yang berbeda.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR