Setelah itu ada kelompok elite pemerintahan yang terdiri atas para ksatria berpedang. Sultan sendiri sebenarnya mempunyai pengawal. Dalam kemiliteran ada tiga unit dasar dari para Mamluk: Mamluk-nya sultan, Amir, dan Mamluk-nya para Amir.
Biarpun kesultanan mempunyai tentara pembantu dari suku Beduin, Mesir, Palestina, dan Suriah, tetapi bagian terbesar dari angkatan bersenjatanya terdiri atas para Mamluk.
Para Amir diberi warisan tanah oleh Sultan. Itu bisa berupa perkebunan, desa, atau bisa juga diberi pendapatan dari pajak tahunan dan bea biasa. Namun demikian, para Amir itu harus membagi kekayaan mereka kepada para Mamluk-nya.
Sebenarnya, dalam teori, setiap penguasa baru bukanlah otomatis keturunan Sultan. Penguasa baru “dipilih” oleh para Amir. Seringkali terjadi konflik antara berbagai persekutuan pimpinan para Mamluk itu.
Soalnya, setiap persekutuan mempunya calon sendiri. Kalau kekuatan berimbang, biasa diangkat seorang penguasa yang lemah, biasanya anak kecil, putra dari Sultan yang sebelumnya.
Namun, intrik tidak berhenti dan di akhir konflik sering terjadi pertumpahan darah. Biarpun begitu, sesudah itu pasti muncul orang berpribadi kuat, yang memaksakan kekuasaannya untuk diterima para Amir.
Kalau seorang penguasa yang kuat mampu memegang tampuk pemerintahan lebih dari satu dekade, maka istana mulai menghimpun kekayaan dan perdagangan menjadi maju.
Kairo jadi makmur. Sultan dan Amir membangun istana yang indah-indah di luar dan di dalam kota. Masjid, makan, sekolahan, pemandian, dan rumah sakit didirikan.
Beberapa bangunan masih bisa kita lihat sampai sekarang.
Kekayaan Negara Mamluk sebagian besar dari pertanian di lembah Nil. Meskipun demikian, perjalanan dagang dari India lewat Laut Merah ke Kairo, kemudian menyusur Sungai Nil menuju ke Alexandria, Venesia, Genoa, Marseilles, dan Barcelona lewat Mediterania juga memegang peranan penting.
Rute lainnya dimulai dari Teluk Persia dan Sungai Tigris menuju Baghdad, kemudian lewat Sungai Eufrat, lewat Aleppo menuju Mediterania.
Baca juga: Battle of the Nile : Misi Rahasia Pasukan Napoleon Mengusasi Mesir Lewat Laut yang Berakhir Tragis
Kerajaan Mamluk memungut bea yang tinggi di kedua rute perjalanan di atas. Namun, rute perdagangan dari sektor Mediterania diberikan kepada para pedagang dari Eropa.
Biarpun begitu, mereka tidak bisa menembus Laut Merah atau wilayah teluk.
Kejayaan kerajaan para Mamluk berakhir ketika Selim I, sultan dari negara jajahan Turki, mengalahkan Persia dan menuntut diberikannya sebuah negara bagian dari Mamluk di Anatolia Tenggara sebagai upeti.
Selim I kemudian berhasil menaklukkan Mesir. Januari 1517 Mesir sebagai pusat Kerajaan Mamluk jatuh ke tangannya. Maka berakhirlah masa pemerintahan para Mamluk yang agung itu. (Arnold Hottinger)
Artikel ini pernah tayang di Majalah Intisari edisi Mei 1986
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR