Pada 15 Mei lalu, Lin akhirnya melapor ke Biro Keamanan Publik Foshan cabang Nanhai untuk melaporkan masalahnya.
Baca juga: Ponsel Xiaomi Anda Belum Maksimal Kalau Deretan Fitur Canggih Ini Belum Kamu Aktifkan, Ini Caranya!
Petugas kemudian mengambil sampel darah dan mengirimkannya ke sebuah laboratorium DNA.
Polisi kemudian membandingkan sampel darah Lin dengan semua sampel darah yang disimpan di database DNA nasional China.
Sepekan kemudian, polisi berhasil menemukan pasangan suami istri berusia lanjut yang cocok dengan sampel DNA milik Lin.
Mereka kemudian dipertemukan lewat sebuah video chat dan lewat percakapan itu semakin terang bahwa pasangan usia lanjut itu adalah orangtua kandung Lin.
Dalam percakapan itu, Lin menanyakan apakah mereka mengingat saat-saat dia diculik. Saat itu Lin mengenakan sepasang sepatu bot Wellington berwarna merah.
"Ayahmu ingat semuanya," kata si perempuan tua itu.
Sejalan dengan pembicaraan itu, semakin banyak detil terungkap dan kedua pihak yakin bahwa mereka memang satu keluarga.
Pada 26 Mei, dengan bantuan kepolisian di kedua daerah, Lin akhirnya bisa bertemu orangtuanya.
Pertemuan mereka amat mengharukan diwarnai tangis bahagia yang menghapus kesedihan selama 30 tahun.
"Kami amat bahagia bisa bertemu. Orangtua saya amat bahagia. Kami berterima kasih kepada polisi yang membantu pertemuan kembali setelah 30 tahun ini," kata Yang Faxiang, saudara laki-laki Lin.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR