Advertorial
Intisari-Online.com – Inilah susahnya jadi calon raja.
Setiap langkah betapapun kecilnya, selalu dibicarakan dan jadi sorotan.
Menyusul pengakuan atas penyelewengannya, kesetiaan Pangeran Charles dipertanyakan.
Lalu masih pantaskah ia jadi pewaris tahta monarki Inggris?
Kutub pemberitaan masyarakat Inggris kini seakan berbalik arah.
Kalau dulu magnet media massa ada di tangan Diana Spencer alias Lady Di, si pemalu yang menjadi pujaan tua-muda, kini giliran Pangeran Charles yang jadi sorotan pers setempat.
Orang menggunjingkan posisi Pangeran sekaligus bapak dua putra yang baru saja merayakan 25 tahun penobatannya sebagai Prince of Wales, ini sebagai pewaris takhta Kerajaan Inggris.
Layakkah ia menggantikan Ratu Elizabeth yang kini telah berusia 68 tahun?
Gunjingan itu bukannya tanpa sebab. Pemicunya tak lain adalah terbukanya "rahasia" penyelewengannya dengan WL (wanita idaman lain)-nya.
Dalam sebuah wawancara televisi, Pangeran Charles mengakui melakukan penyelewengan dengan wanita lain setelah ia merasa perkawinannya tak dapat diselamatkan.
"Ya, saya selingkuh terhadap Diana," katanya. Ia diam sejenak, lalu meneruskan, "... setelah perkawinan kami benar-benar tak terselamatkan."
Sekitar 85% mendukung
Pengakuan ini baru diberikannya lewat wawancara yang ditayangkan bersama film dokumenter dengan judul Charles: the Private Man, the Public Role di bulan Juni 1994.
Padahal, sejak Charles – Diana mengumumkan perpisahan mereka tahun 1992, calon raja Inggris ini bungkam saja kalau ditanya soal perkawinannya, lebih-lebih tentang affairnya dengan Camilla Parker Bowles yang saat ini masih terikat perkawinan dengan Brigadir Andrew Parker Bowles.
Acara yang disaksikan Pangeran dari Istana Highgrove - tempat yang juga diambil gambarnya untuk film tersebut - sementara Diana pergi ke pesta gala, ternyata mengundang reaksi mengagetkan dari masyarakat Inggris.
Setelah penayangan acara yang memakan waktu putar 150 menit, keesokan harinya 80.000 dering telepon datang silih berganti menyuarakan tanggapan.
Anehnya, 85% ternyata masih menganggap Charles cocok menggantikan Ratu Elizabeth.
"la cukup pas dan layak untuk duduk sebagai pengganti Ratu," komentar mereka.
Dalam acara peringatan pesta perak penobatannya, Charles mengucapkan terima kasih kepada khalayak yang telah memberikan kepercayaan kepadanya dan memulai acaranya dengan mengunjungi sebuah pusat bahasa Welsh dan rumah jompo yang kekurangan dana di sekitar Wales Utara.
Setelah itu ia pun menjadi tuan rumah bagi 1.000 tamu undangan pesta kebun di Kastil Caernarvon, tempat penobatannya dulu oleh Ratu sebagai tanda bahwa ia adalah pewarisnya.
Di tempat ini pula Edward II, Pangeran dari Wales yang pertama, dilahirkan pada tahun 1301.
Meski beberapa bintang film dan permainan akrobat udara ikut menyemarakkan pesta tiga hari itu, setidaknya jauh dari kesan mewah seperti pesta-pesta sebelumnya.
Rupanya, kesederhanaan adalah motto keluarga kerajaan belakangan ini, setelah badai perceraian melanda para anggotanya dan serangan kritik akan tingginya pajak pecah di Inggris.
Namun, bagi sang pewaris yang berusia 45 tahun, inilah saat paling semarak masyarakat menyambutnya semenjak Diana meninggalkannya.
Charles, yang kelihatannya seperti suami yang dingin dan tokoh yang kurang hangat, tadinya memang disalahkan sebagai penyebab bubarnya perkawinan bak dongeng yang diikrarkan pada tanggal 29 Juli 1981.
Pria yang menurut bekas pelayannya, Stephen P. Barry, tak pernah mengucapkan kata-kata kasar kecuali "jahanam" dan menahan napas kalau kesal, ternyata sekarang mendapat tempat di hati masyarakat. Soalnya, selama ini ia dinilai mampu melakukan tugasnya sebagai putra mahkota dengan baik.
Meskipun demikian, tak berarti jalan menuju puncak takhta Kerajaan Inggris langsung mulus. Kritikan tajam datang dari kalangan pemuka gereja Anglikan. Menurut para tokoh gereja Inggris, Pangeran Charles tak layak menjadi raja apabila ia sampai bercerai dengan Putri Diana.
Di mana kedudukan Putri Diana kalau Pangeran Charles menjadi Raja Inggris? Apalagi kalau kemudian Charles memutuskan menikah lagi dengan WIL-nya atau wanita lain.
'Kan tak mungkin ada dua ratu sekaligus? Belum lagi nasib kedua putranya, Pangeran William dan Harry bagaimana? Ya paling tidak, Pangeran harus hidup selibat. Itu pendapat para pemuka gereja Inggris.
Archdeacon dari York, George Austin, malah berkomentar keras.
Jika benar Pangeran mengaku telah menyelewengkan janji perkcrwinannya, bagaimana bisa masyarakat mempercayai janji penobatannya?
Apalagi rekaman pembicaraan Pangeran dengan Camilla Parker Bowles yang dikenal dengan Camillagate tak dibantah oleh istana.
Berdiri di luar pagar
Memang, kedudukan sang pewaris takhta kini dilematis. Sebagian besar pemuka gereja seperti membuat analogi terhadap kesetiaan pribadi Charles dan integritasnya terhadap masyarakat.
Apalagi kedudukannya sebagai kepala kerajaan sekaligus juga berarti kepala gereja Inggris. Mau tak mau, sebagai tokoh panutan ia tak boleh bercerai.
Ditilik dari sejarahnya, perkembangan gereja Inggris bisa dibilang unik. Penyatuan kekuasaan gereja dan negara di tangan raja Inggris ini berasal dari era Henry VIII. Alasannya sederhana.
Karena permohonan perceraiannya dengan Catherina dari Aragon ditolak Paus, Henry VIII lalu memproklamasikan diri sebagai pelindung tunggal dan kepala tertinggi gereja Inggris Raya.
Dengan kata lain, gereja Inggris lalu memisahkan diri dari campur tangan Paus di Roma.
Barangkali karena otonomi sepihak itulah perkembangan gereja Anglikan di Inggris menjadi lain. Setelah itu, selama berabad-abad terjadi berbagai macam skandal.
Mulai dari pergendakan, lahirnya anak-anak haram, sampai skandal homo antara James I dengan William III.
Namun, era di atas kemudian berubah ketika masuk ke masa pemerintahan Ratu Elizabeth II. Di zaman tahun '60-an, seseorang yang bercerai sampai-sampai tidak boleh masuk Istana Ascot. Bolehnya hanya sampai pagar. Atau, tidak boleh berada di samping Ratu.
Maka dari itu agak mencengangkan juga ketika keluarga kerajaan sendiri malah didera badai perceraian.
Mulai dari adiknya, Putri Margaret; putrinya, Anne, putra keduanya, Andrew, bahkan mungkin Pangeran Charles akan menyusul.
Baca juga: Pangeran Charles yang Tak Bisa Sepenuhnya Mencintai Putri Diana karena Punya Sifat-sifat Ini
Atas dasar itu, masyarakat yang menyukai Pangeran Charles berpendapat, siapa tahu era sekarang sudah berubah. Pangeran mudah-mudahan bisa jadi raja walaupun ia memutuskan bercerai dengan Diana.
Dari kalangan kerajaan, Charles bukannya tanpa dukungan. Seorang teman dekatnya yang juga menjadi menteri, Nicholas Soames, mendukung Pangeran menjadi raja Inggris.
"Pangeran Wales adalah seorang pewaris takhta. Itu bukan tindakan ambisius, tetapi sudah merupakan tugas dan kewajiban konstitusional. Tugas itu akan diserahkan pada waktunya pada beliau."
Toh setidaknya masyarakat mengharapkan lebih dari sekadar kata "tugas". Kalau hanya "tugas", mungkin bisa dilaksanakan oleh seorang kepala negara yang bergelar presiden. Raja haruslah mengaspirasikan nikri-nilai yang dapat diikuti sebagian besar masyarakat.
Jika ia gagal melakukannya, maka dalam satu, dua, atau tiga generasi, tak ada yang bisa menjamin bahwa monarki Inggris masih berdiri.
Maka dari itu merupakan suatu kewajiban bagi Pangeran untuk mencoba memperbaharui hubungannya dengan Putri Diana, meskipun memang amat berat. Soalnya, Diana selalu mencoba menjauhkan diri dari suaminya.
Kemungkinan ia akan turut serta dalam misi Palang Merah keluar Inggris pada tahun ini.
Banyak pernikahan dipersatukan kembali karena masalah ekonomi, sosial, atau demi kebaikan anak-anak.
Maka dari itu tak ada salahnya sang Pangeran mempertimbangkan tawaran untuk rujuk demi tugas nasional. (Dari pelbagai sumber/Djs/Tje – Intisari September 1994)