Betulkah ‘Hand Sanitizer’ Bisa Menggantikan Sabun?

Tika Anggreni Purba
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Betulkah ?Hand Sanitizer? Bisa Menggantikan Sabun?
Betulkah ?Hand Sanitizer? Bisa Menggantikan Sabun?

Intisari-online.com—Produk pembersih tangan instan tanpa air banyak dijual di pasaran. Kita mengenalnya dengan hand sanitizer atau kadang disebut gel pembersih tangan. Produk ini dipasarkan di publik dengan tawaran bahwa kualitas kebersihannya sama atau bahkan lebih dari sabun biasa. Namun pertanyaan muncul, betulkah ‘hand sanitizer’ bisa menggantikan sabun?

Produk ini biasanya banyak digunakan oleh orangtua yang anak-anaknya masih kecil. Penggunaannya simpel dan gampang karena tidak membutuhkan air seperti sabun kebanyakan. Bahkan banyak produsen produk ini yang mengklaim bahwa pembersih tangan yang mereka produksi bisa mematikan 99.9 % kuman yang ada di tangan. Sehingga kita sebagai pengguna berasumsi bahwa semua kuman yang berbahaya bisa diatasi dengan hand sanitizer itu.

Baca juga: Sayangi Diri dengan Mencuci Tangan: Cara Mencuci Tangan yang Benar (1)

Namun beberapa penelitian rupanya tidak begitu sepakat. Karena cara kerja hand sanitizer adalah dengan melepaskan lapisan minyak terluar pada kulit. Hal ini biasanya mencegah bakteri yang memang sudah ada dalam tubuh tidak menempel lagi di permukaan tangan. Padahal, bakteri ini biasanya bukanlah bakteri yang bisa membuat kita sakit.

Dalam sebuat penelitian yang dilakukan oleh Barbara Almanza, profesor di Purdue University dalam bidang sanitasi memberikan kesimpulan yang menarik. Ia menyatakan bahwa sebenarnya gel pembersih tangan tidak secara signifikan mengurangi jumlah bakteri di tangan. Bahkan dalam beberapa kasus, hand sanitizer itu berpotensi meningkatkan jumlah bakteri pada tangan. Nah, jadi mengapa produsen begitu berani mengklaim 99,9 % membunuh kuman?

Begini, sebenarnya yang diklaim oleh produsen itu benar. Hanya saja produk diujikan pada benda mati sehingga betul sekali bahwa bakteri pada benda itu mati semua. Masalahnya, produk itu bisa saja menghasilkan hasil yang berbeda jika diujikan pada tangan.

Berbeda hasilnya karena kompleksitas pada tangan manusia lebih sulit dilakukan pengujiannya. Sehingga pihak produsen menggunakan variabel yang bisa dikontrol hasilnya demi konsistensi hasil dari produk itu. Nah persoalannya adalah aktivitas manusia dalam menggunakan tangan tidaklah konsisten. Jenis kuman dan bakteri yang dijumpai tiap hari mungkin silih berganti.

Departemen Kesehatan dan Masyarakat AS bahkan memberi rekomendasi bahwa penggunaan hand sanitizer tidak dapat dijadikan sebagai pembersih tangan utama di luar air. Namun disarankan hanya sebagai tambahan saja. Hal ini juga dibenarkan oleh Almanza, untuk membersihkan tangan, peran sabun dan air sebenarnya tidak bisa digantikan oleh hand sanitizer.

Sama halnya juga dengan sabun antibakteri yang belakangan juga mengklaim diri lebih efektif ketimbang sabun biasa. Padahal sebenarnya semua jenis sabun, baik sabun biasa maupun sabun antibakteri sama efektifnya dalam hal mengurangi bakteri. Bahkan yang mengejutkan, penggunaan sabun antibakteri dapat meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik pada beberapa bakteri. Kecuali sabun antibakteri yang digunakan di rumah sakit atau area klinis lainnya.

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa area yang dibersihkan berlebihan dengan penggunaan antibakteri terus menerus dengan sabun antibakteri dan pembersih tangan dapat menghambat pengembangan sistem kekebalan tubuh khususnya pada anak-anak.

baca juga: Bahayakah Penggunaan Mesin Pengering Setelah Mencuci Tangan?

Artikel Terkait