Intisari-Online.com – Sebuah penelitian menyatakan bahwa kaum milenial alias gen Ytidak lagi memiliki kewajiban menabung. Kelompok ini dianggap tidak perlu lagi untuk terus memelihara kebiasaan menabung. Namun, benarkah demikian? Sebagai bahan pertimbangan, beriktu ini akan dipaparkan beberapa fakta penting tentang kebiasaan menabung.
--
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, aktivitas menabung sering diartikan sebagai investasi. Tujuannya bisa bermacam-macam. Baik itu sekadar untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, untuk biaya pendidikan anak, kebutuhan membeli mobil, atau pun membeli rumah.
Namun, sebagian orang lainnya menganggap tabungan sama sekali berbeda dengan investasi. Karena investasi biasanya dilakukan dengan tujuan mendapat keuntungan, seperti menambah nilai aset atau uang. Sedangkan tabungan merupakan uang yang disisihkan untuk kepentingan di waktu mendatang.
Tapi kalau dipikirkan lebih jauh, uang hasil investasi pun ujungujungnya sering kali digunakan untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang juga bukan? Hanya saja berbeda jumlah keuntungannya.
Misalnya kita berinvestasi tabungan di bank Rp1 miliar selama satu tahun. Bunganya tentu tidak akan sebesar keuntungan berinvestasi properti dengan nominal dan waktu yang sama. Tapi tetap saja ada keuntungan yang kita dapat dari tabungan, yakni berupa bunga.
Untuk meluruskannya, Ruben Sukatendel, pendiri dan perencana keuangan dari Fokus Finansial, mengingatkan kembali bahwa kegiatan investasi merupakan upaya agar nilai uang yang kita miliki tidak tergerus oleh inflasi. Selama sepuluh tahun terakhir ini Badan Pusat Statistik mencatat, inflasi di Indonesia rata-rata pertahunnya sekitar 8 persen.
Faktanya Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), yang bertugas memelihara stabilitas sistem perbankan, menetapkan tingkat bunga tertinggi yang masih dijamin pemerintah adalah 7,75% per tahun. Artinya jika kita mendapatkan bunga melebihi persentase di atas, risikonya bila sewaktu-waktu bank yang bersangkutan mengalami kesulitan, LPS tidak akan menjamin atau mengganti uang kita.
Memperhatikan angka tersebut, maka pengembalian yang dihasilkan tabungan belum dapatmenutup inflasi tahunan. Bahkan tak jarang yang bunganya berada di bawah 7,75% per tahun. Akhirnya jika dibandingkan produk investasi lain, keuntungan tabungan menjadi tampak kalah bersaing.
Tapi apakah itu membuat tabungan tak lagi menarik untuk dilirik?
Tidak hanya bunga
Pada kenyataannya, tabungan tetaplah produk keuangan yang memiliki banyak manfaat. Pertama, tabungan memiliki fleksibilitas yang tinggi. Pemilik rekening dapat melakukan penyetoran dan penarikan di mana saja.
Kelebihan tabungan kedua ialah kecepatan dan likuiditasnya. Hampir semua bank saat ini menyediakan fasilitas ATM dan kartu ATM untuk nasabahnya. Dengan jumlah ATM yang banyak, kita tidak harus mengantre untuk menarik uang.
Bahkan, sekarang kita dimungkinkan juga untuk tidak mengantre di ATM bank tempat kita menyimpan uang, sebut saja seperti ATM Bersama. Selain itu tak hanya kemudahan dalam mencairkan uang. Proses penyetoran uang pun semakin mudah dengan banyaknya bank yang menyediakan ATM setor tunai.
Itu sebabnya, menurut Ruben, tabungan sangat cocok untuk tujuan keuangan jangka pendek atau memenuhi dana darurat. Karena penarikannya dapat dilakukan kapan saja, tanpa harus takut dikenai denda atau penalti. Keunggulan lainnya ialah fasilitasnya. Dengan fasilitas autodebet kita bisa melakukan pembayaran telepon, listrik, air, telepon seluler, bahkan asuransi dan biaya keanggotaan klub kebugaran tanpa harus repot mengantre. Belum lagi kemudahan untuk berbelanja hanya berbekal kartu ATM. Kita dapat masuk ke pasar swalayan atau departement store dengan yakin meski tidak bawa uang tunai.
Terakhir, tabungan juga unggul dari aspek keamanan. Ini yang menjadikan tabungan berbeda dari jenis investasi di lembaga keuangan lain. Sampai saat ini tabungan masih dijamin penuh oleh Lembaga Penjaminan Simpanan, seperti sudah dibahas tadi.