Mengintip Sejenak Keindahan Madura

K. Tatik Wardayati
,
Moh Habib Asyhad

Tim Redaksi

Madura yang terkenal dengan penghasil garam.
Madura yang terkenal dengan penghasil garam.

Intisari-Online.com – Meski letaknya tak jauh dari Pulau Jawa, tepatnya dari Jawa Timur, jarang sekali wisatawan yang mengakrabi Madura. Padahal keindahan alam dari "pulau garam" itu tak kalah dengan tempat-tempat lain di Indonesia. Budaya dan tradisi masyarakatnya yang unik, semakin menambah eksotika Madura yang juga dikenal agamis ini.

--

Membayangkan berwisata di pulau yang dikenal sebagai penghasil garam ini, pasti yang terbersit pertama kali adalah cuacanya yang panas, terik, dan gersang. Dugaan itu seratus persen benar. Ini pula yang menjadi salah satu alasan hanya sebagian kecil wisatawan yang menjadikan Pulau Madura sebagai tujuan berwisata.

Pemandangan sepanjang perjalanan yang terlihat hanya pesisir pantai.

Faktor cuaca memang terasa tidak mengasyikkan, namun jangan sepelekan kekayaan budayanya. Madura memiliki budaya dan karya seni tradisional yang menarik dengan ciri khas warna-warnanya yang "berani". Tak hanya itu, masih ada banyak objek wisata yang menarik yang dapat dijelajahi. Mulai dari wisata alam, budaya sampai kuliner.

Madura adalah bagian dari Provinsi Jawa Timur yang dipisahkan oleh Selat Madura. Luas pulaunya lebih kecil dari Pulau Bali, kurang lebih 5.250 km2, dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa. Dahulu untuk mencapai pulau ini dari Surabaya harus ditempuh selama kurang lebih 40 menit dengan kapal feri dari terminal penyeberangan di Tanjung Perak. Tapi sejak 10 Juni 2009, dapat ditempuh sekitar 10 menit lewat perjalanan darat melalui Jembatan Nasional Suramadu yang memiliki panjang 5.438 m.

Sarapan jajanan

Begitu menjejakkan kaki di pulau Madura, coba amati penduduk yang berlalu lalang di sekitar Anda, terlihat kaum prianya lebih banyak menggunakan kain sarung. Ini merupakan salah satu ciri kuatnya budaya Islam di wilayah Madura.

Menjelajah Pulau Madura dari Bangkalan hingga Sumenep banyak tempat yang bisa disinggahi. Salah satunya adalah Pantai Camplong di Sampang. Bila perjalanan dilakukan sore hari, mampirlah sejenak untuk menikmati Matahari tenggelam di tepian pantai sambil menikmati jajaran warna-warni perahu nelayan yang sedang berlabuh. Sekaligus beristirahat melepas kepenatan.

Tujuan berikutnya adalah menuju tempat yang bernama Api Tak Kunjung Padam yang berada kurang lebih 7 km dari Kota Pamekasan, tepatnya di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan. Keindahan api lebih asyik dinikmati pada malam hari. Pijaran api menjadi tampak lebih indah.

Api tak kunjung padam di Pamekasan.

Batu-batuan yang mengelilingi sumber api pun otomatis menjadi panas, sehingga banyak dimanfaatkan untuk tempat membakar atau merebus jagung dan air. Pengunjung tinggal membeli jagung dan dapat langsung membakar sendiri di atas batu.

Memasuki Kota Pamekasan ditandai dengan monumen Arek Lancor yang berdiri di tengah alun-alun kota. Monumen itu menggambarkan lima bilah celurit dengan mata tajam yang saling berhadapan. Kelimanya dalam posisi berdiri menjulang ke angkasa.

Berkeliling di seputar alun-alun Pamekasan pada siang hari Anda dapat menikmati sejumlah bangunan kuno yang masih megah berdiri. Di antaranya ada menara air di ujung Jln. Agus Salim yang dibangun pada tahun 1927. Selain itu, persis di depan monumen terdapat bioskop Irama yang dibangun pada tahun 1953. Satu-satunya bioskop pada masa itu di Madura. Sampai sekarang pun bioskop itu masih dimanfaatkan untuk pemutaran film tapi cuma pada Sabtu malam dan Minggu pagi.

Untuk wisata kuliner, di Pamekasan ada nasek jejen. Nasek (artinya nasi), sedangkan jejen berasal dari kata jajan. Konon, nasi ini kerap dikonsumsi sebagai sarapan pagi. Umumnya keluarga di Madura jarang memasak di pagi hari. Jadi untuk sarapan mereka selalu jajan, muncullah istilah nasek jejen.

Sebagai teman makan nasi, ada dendeng ragi, daging semur, telur petis, dan serundeng dengan pelengkap sambal yang pedas. Salah satu nasek jejen yang patut dicoba adalah nasek jejen Bu Suaddah di Jin. Diponegoro.

Pilihan lainnya di pasar Kolpajung, Anda dapat menemui kerupuk raksasa yang terbuat dari tepung tapioka. Namanya kerupuk tangguk. Kerupuk yang berukuran sangat besar, kurang lebih berdiameter 1 m. Tentunya Anda harus memotong atau merobeknya menjadi kecil-kecil.

Artikel Terkait