Intisari-online.com—Akhirnya vaksin yang sudah ditunggu sejak lama ini tiba juga di Indonesia. Setelah melewati proses penelitian yang panjang, Sanofi Pasteur, sebagai salah satu perusahaan farmasi terkemuka, dengan seizin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), meluncurkan produk vaksin dengue di Indonesia untuk individu yang berusia 9-16 tahun. Pemberian vaksin dengue dilakukan 3 kali dosis dalam interval waktu enam bulan.
Infeksi dengue merupakan penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegepty. Gejalanya bermacam-macam. Mulai dari infeksi ringan, hingga gejala yang parah yaitu demam berdarah dengue (DBD). Tahap DBD-lah yang mengancam nyawa.
Terkadang, banyak orang yang tidak sadar dirinya terkena virus dengue. Adakalanya, memang infeksi dengue tidak bergejala sangat kentara. Misalnya hanya demam dan mengalami tidak enak badan biasa. Hal ini termasuk gejala infeksi dengue yang ringan. Biasanya juga akan sembuh sendiri.
Tetapi, seperti yang dituturkan Prof.Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro Sp.A(K), penting sekali mengetahui kondisi yang bergejala. Yaitu fase demam dengue atau demam berdarah dengue, terjadi kelainan organ, dan perdarahan. “Tidak semua demam berdarah itu memang berat, sayangnya tidak mudah untuk membedakannya. Sehingga tetap mesti gencar dilakukan pencegahan untuk penyakit ini,” kata Sri.
Tahun 2015, tercatat 129.000 kasus penderita DBD di Indonesia, dengan angka kematian 1.071 jiwa. Hal ini terus meningkat di tahun 2016. Sebelum adanya vaksin, upaya pencegahan prioritas adalah dengan gerakan pemberantasan nyamuk. Nah, harapannya setelah vaksin ini sudah masuk di Indonesia, maka upaya pencegahan penyakit akibat virus dengue semakin optimal.
Sampai saat ini, vaksin dengue masih tersedia di klinik dan rumah sakit swasta saja, namun sudah tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Soal mengapa hanya individu berusia 9-16 tahun saja yang masih diberikan vaksin, Sri sebagai peneliti utama dari studi klinis fase III mengenai efektifitas vaksin dengue ini memberi jawab.
Hal ini disebabkan karena hasil penelitian yang menunjukkan efektifnya penggunaan vaksin masih konsisten di kisaran usia tersebut. Sedangkan untuk anak berusia di bawah sembilan tahun, masih terjadi perubahan atau inkonsisten terhadap efek vaksin. Sehingga membutuhkan proses pengujian dan penelitian lebih lagi. Termasuk pula untuk usia di atas 16 tahun.
Saat ini The World Health Organization (WHO) juga, kata Joko Murdianto, General Manager Sanofi Pasteur Indonesia, memang merekomendasikan penggunaan vaksin di negara-negara yang endemis dengue tinggi. Vaksin ini juga, jelas Joko, efektif melawan empat jenis serotype virus dengue. Hal ini disampaikannya dalam konferensi pers di Hotel Borobudur, Jakarta (25/10).
Pemasaran vaksin dengue dari Sanofi Pasteur telah dilakukan di 12 negara yang memprioritaskan dengue sebagai prioritas kesehatan masyarakat. Yaitu Meksiko, Filipina, Brazil, El Savador, Kosta Rika, Paraguay, Guatemala, Peru, Indonesia, Thailand, Singapura, dan Bolivia.