Intisari-Online.com - Nama Rey Utami tiba-tiba mencuat ke permukaan. Tak lain dan tak bukan ini bermula setelah presenter cantik secara blak-blakan menceritakan kisah pertemuannya dengan suaminya, Pablo Putra Benua, di aplikasi kencan Tinder. Rey bercerita bahwa ia hanya membutuhkan waktu tujuh hari dari pertemuan pertama hingga ke pernikahan.
Dunia digital, tak hanya memungkinkan seseorang untuk menambah teman, tapi juga mendapatkan pasangan. Dari situ lahirlah aplikasi atau situs kencan dan mak comblang macam Tinder, Setipe.com, Heart Inc., dan lain sebagainya. Pertanyaannya, kenapa mak comblang digital ini laku?
Orang bijak pernah bilang, setiap orang membutuhkan cinta dan kasih sayang. Hanya saja, ada berbagai hal yang menyebabkan seseorang tidak dapat merasakannya. Tak terkecuali, untuk urusan pasangan hidup atau jodoh. Sukses dalam cita, belum tentu dalam cinta.
Kegelisahan itu rupanya dibaca dengan baik oleh Razi Thalib dan Zola Yuana yang saat ini bergelut di bisnis mak comblang alias biro jodoh. Razi berkiprah dengan Setipe.com sementara Zola Yuana dengan Heart Inc. Keduanya adalah biro jodoh seperti lazimnya yang sudah kita tahu. Hanya saja, pendekatan mereka ke konsumen melalui cara yang lebih kekinian.
Keinginan Razi untuk membuka bisnis match-making ini sudah muncul sejak 2010 tapi baru terealisasi pada 2013. Razi yang mengaku menggemari dunia pergaulan dan kegalauan berpendapat, bisnis online memiliki prospek yang menjanjikan di masa depan. Terlebih dengan semakin berkembangnya infrastruktur dan teknologi di bidang internet.
Masalahnya, Razi melihat, banyak orang yang masih beranggapan, online sebagai dunia yang main-main. Jadi, apa pun materi di dalamnya adalah main-main juga, termasuk soal asmara. Inilah tantangan awal Setipe.com yakni meyakinkan masyarakat bahwa di dunia maya pun terdapat biro jodoh yang bisa dipercaya.
Razi sadar ada banyak tantangan. Misal, internet kerap diasosiasikan dengan hal-hal kurang baik. Atau internet dianggap penuh kebohongan dan kepalsuan. Akibatnya orang takut apa yang tampak di internet tidaklah sama dengan aslinya. Kalau sudah begini, bagaimana mereka mau mencari teman hidup?
Masih ada lagi, sambung Razi, ada orang-orang yang menjadikan internet sebagai tempat “narsis” dengan pencitraan yang berlebihan. Rupanya ini berhubungan dengan harga diri juga. Di mata Razi, orang yang harga dirinya rendah cenderung mengharap pengakuan dari orang lain, karena itulah mereka kerap narsis di internet. Lucunya, orang-orang seperti ini justru malah malu ketika disuruh bergabung dengan kencan online.
Bicara soal jodoh dan internet, di sisi lain, Zola melihat, orang siap berkorban apa saja demi cinta, termasuk soal biaya. Namun kesibukan telah membuat para lajang ini sulit menemukan pasangan yang tepat. Nah, Zola ingin menjadikan Heart Inc sebagai solusi atas permasalahan ini.
Zola bukan tidak menyadari kesan negatif yang terjadi di dunia internet maupun ajang-ajang perjodohan. Karena itu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dia mensyaratkan calon pelanggannya adalah mereka yang mapan dan berpenghasilan di atas Rp30 juta per bulan.
Seperti teman yang gaul
Razi mengibaratkan Setipe yang diasuhnya sebagai seorang psikolog yang gaul dan banyak teman. Dia siap menampung dan membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongan. Proses pencomblangan di Setipe juga dibuat selayaknya seseorang yang meminta dicarikan jodoh oleh temannya.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR