Intisari-online.com – Waktu cerita soal Mukidi bersliweran di media sosial, ada guyonan bahwa kasus meledaknya Samsung Note 7 gara-gara Mukidi salah menerjemahkan perintah atasannya. “Produk ini harus meledak di pasaran ya!” Begitu pesan yang diterima Mukidi sebagai ketua pengembangan produk Samsung. Samsung Note 7 memang meledak beneran di pasaran. Meledak dalam arti harfiah, bukan sukses di pasaran.
Gara-gara kasus meledak itu Samsung akhirnya menarik Note 7 yang sudah terjual di pasaran dan kemudian menghentikan produk yang digadang-gadang sebagai pesaing iPhone itu. Ponsel berlayar 5,7 inchi dengan layar organic elekcroluminescent, salah satu ponsel dengan layar terbesar, ini dipersenjatai dengan fitur mutakhir seperti pengenalan selaput bola mata. Note 7 diluncurkan pada pertengahan Agustus 2016.
Sejak September Samsung telah menarik sekitar 2,5 juta unit Note 7 di 10 negara dan wilayah, sembari menawarkan penggantian. Namun, berbagai Negara termasuk Komisi Keamanan Produk Konsumer AS, terus melakukan penyelidikan, dan Badan Teknologi dan Standar Korea pada Selasa 11 Oktober 2016 menyatakan bahwa ada cacar lain dari produk itu.
Greg Roh dari HMC Investment Securities menyatakan bahwa kasus Note 7 akan membuat Samsung kehilangan citra dari konsumennya. “Jika angka kejadiannya hanya satu bisa dimaklumi hal itu. Bisa dianggap sebagai sebuah kecelakaan kecil. Namun untuk kasus ini, dua kali kejadian dengan model yang sama,” kata Roh.
“Alasan konsumen memilih merek seperti Samsung atau Apple karena keandalan produknya. Makanya, dalam kasus ini, citra merek telah jatuh dan sulit bagi Samsung untuk mengembalikannya lagi,” tambah Roh. Setidaknya lima kasus kebakaran dilaporkan di AS berkaitan dengan unit pengganti. Note 7 sendiri belum sempat beredar di Inggris.
Penghentikan produk Note 7 akan menjadi pukulan telak Samsung. SK Securities dari Korea Selatan memperkirakan Samsung dapat menjual Note 7 sebanyak 5 juta unit pada kisaran Oktober – Desember tahun ini. Meski prosentase penjualan Note 7 terhadap penjualan ponsel pintar keluaran Samsung seluruhnya hanya 6 persen, namun harganya yang tinggi membuat ponsel itu menyumbang pendapatan yang lumayan bagi Samsung.
Penarikan Note 7 dari pasaran membutuhkan biaya tak sedikit. Pada periode Juli sampai September saja sudah dikeluarkan uang sekitar Rp18 triliun. Uang itu memang kecil dibandingkan keuntungan Samsung. Sampai sekarang Samsung masih menjadi pemimpin pasar ponsel pintar di dunia. Namun harga sahamnya jatuh 8 persen pada hari Selasa (11/10).
Para analis memperkirakan langkah terburu-buru Samsung yang mengeluarkan Note 7 sebelum iPhone dirilis sebagai penyebab jatuhnya "bintang" yang digadang-gadang akan meledak di pasaran. Meledak dalam artian sukses, bukan candaan ala Mukidi. Kita pun hanya bisa memandang papan iklan bertebaran di berbagai mal atau pusat keramaian tanpa pernah melihat barangnya beredar di pasaran