Intisari-Online.com - Situs Huffingtonpost merilis sebuah artikel sebagai kritik terhadap bias gender yang masih terjadi di berbagai perusahaan di dunia. Porsi perempuan dalam jajaran petinggi perusahaan, dewan direksi, bahkan pekerja masih kurang dari 50%.
Entahlah ini terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Namun dasar dari sedikitnya perempuan yang menduduki kursi-kursi penting dalam perusahaan terjadi karena para perekrut masih menganggap “calon pekerja perempuan yang memenuhi syarat” masih sangat kurang. Anggapan ini tentu mempengaruhi cara perekrutan perusahaan.
Padahal masih sangat banyak perempuan yang sangat memenuhi syarat. Masalahnya adalah banyak bagian perekrutan dan perusahaan tidak tahu mengenai fakta ini. Hal ini juga paling terjadi di jajaran pejabat tinggi, di mana orang-orang ini hanya duduk mengawasi perusahaan dari kursi istimewa mereka.
Sebuah survei anggota perusahaan yang dilakukan oleh Women Corporate Directors Foundation milik Spencer Stuart bersama peneliti Harvard menghasilkan poin permasalaahn kasus ini. Saat ditanyai mengenai keragaman gender di ruang rapat yang didominasi laki-laki (terutama yang lebih tua). Jawaban mereka adalah sama. Dalam pemikiran mereka, tidak ada calon pekerja perempuan yang memenuhi syarat.
Saat survei ini dilakukan kepada karyawan perempuan, sangat sedikit mereka yang setuju dengan pernyataan tersebut. Ada dua alasan utama yang ditemukan mengapa perempuan hanya memegang sekitar 20% dari kursi dewan direksi. Pertama, direksi memang tidak memprioritaskan keragaman. Kedua, jaringan direksi yang didominasi laki-laki itu gagal untuk mengungkap perempuan berkualitas. Pekerja profesional pria yang lebih tua tidak mencari dan menemukan perempuan-perempuan yang direkomendasikan karena kualitasnya. Julie Hembrock Daum, perekrut untuk Spencer Stuart menyatakan bahwa mereka benar-benar tidak mengetahui masih sangat banyak perempuan yang berkualitas di luar sana.