Saat Ini Berfoto Bukan Lagi Untuk Memotret Kenangan

Tika Anggreni Purba

Editor

Saat Ini Berfoto Bukan Lagi Untuk Memotret Kenangan
Saat Ini Berfoto Bukan Lagi Untuk Memotret Kenangan

Intisari-online.com--Teman saya pernah bercerita, kalau ibunya yang berusia paruh baya selalu menolak kalau diajak berfoto. “Buat apa mengambil foto, kalau hasil jadinya (foto cetak) tidak pernah kelihatan,” kata ibunya. Perkataan itu membuat teman saya tertegun, menyadari makna sebuah foto kini memang mulai tergerus. Orang memotret dan dipotret tidak lagi dengan tujuan merekam kenangan yang suatu waktu nanti bisa dilihat kembali.

Dulu, alasan untuk mendokumentasikan sebuah momen adalah agar foto tersebut bisa menjadi sebuah kenangan. Berbeda dengan sekarang, tidak peduli apa momennya, foto seolah sudah jadi kebiasaan. Coba lihat betapa banyaknya foto yang tersimpan di ponsel dan media sosial kita, berapa banyak foto yang kita ingat detail kejadian dan kenangan di dalamnya?

Sebuah riset pada tahun 2014 dilakukan pada pelajar di AS dalam sebuah studi tur dalam sebuah galeri seni. Beberapa dari mereka kemudian diminta untuk memotret karya seni dan yang lainnya diminta memperhatikan karya seni.

Keesokan harinya mereka ditanyai, ternyata mereka yang hanya memotret tidak mengingat secara detail karya seni tersebut. Walau memang ingatannya mungkin akan muncul saat melihat kembali hasil potret tersebut.

Namun poin yang bisa dipelajari adalah bahwa ‘memotret’ yang dipahami di zaman ini bisa jadi membuat kita melupakan momen yang seharusnya diingat. Karena sekarang kita mengambil foto tidak bertujuan untuk benar-benar mengabadikan objek atau momen tertentu. Namun lebih dari itu, foto dijadikan sebuah cara untuk memperkenalkan identitas, meningkatkan kebersamaan, dan mengkomunikasikan sebuah pesan.

Seperti di media sosial, orang-orang mengambil foto untuk menyampaikan apa yang sedang dilakukannya, apa yang sedang dirasakan, dan dialaminya. Namun penting juga rasanya kalau kita kembali menyadari bahwa momen, orang, dan kenangannya juga penting untuk diingat. Jadi berfoto tidak hanya sekadar kegiatan heboh yang fotonya bisa dihapus kapan saja. (Tika)